Sebuah studi menarik yang dilakukan oleh para peneliti di University of British Columbia (UBC) mengungkap fakta mengejutkan: aroma tubuh pasangan, khususnya bagi wanita, memiliki kekuatan untuk meredakan stres. Temuan ini, yang dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa paparan aroma pasangan pria dapat memberikan efek menenangkan, sementara aroma orang asing justru dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol.
Rani Hardjanti, seorang jurnalis, melaporkan temuan ini pada hari Rabu, 17 September 2025, dengan menyoroti implikasi signifikan dari studi tersebut terhadap pemahaman kita tentang hubungan dan kesejahteraan emosional. Studi ini tidak hanya memberikan wawasan baru tentang peran indra penciuman dalam interaksi sosial, tetapi juga menawarkan cara potensial untuk mengelola stres dalam hubungan romantis.
Marlise Hofer, penulis utama studi tersebut, menjelaskan bahwa banyak orang secara intuitif mencari kenyamanan dalam aroma pasangan mereka. "Banyak orang mengenakan baju pasangannya atau tidur di sisi tempat tidur pasangannya saat pasangannya pergi, tetapi mungkin tidak menyadari mengapa mereka melakukan perilaku ini," kata Hofer. Studi ini memberikan penjelasan ilmiah untuk perilaku tersebut, menunjukkan bahwa aroma pasangan dapat berfungsi sebagai sinyal keamanan dan kenyamanan, bahkan tanpa kehadiran fisik pasangan.
Studi ini merekrut 96 pasangan lawan jenis untuk berpartisipasi dalam eksperimen. Para pria diberi kaos bersih untuk dikenakan selama 24 jam. Selama periode ini, mereka diminta untuk menghindari penggunaan deodoran dan produk perawatan tubuh beraroma, serta menghindari merokok dan mengonsumsi makanan tertentu yang dapat memengaruhi aroma tubuh mereka. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa aroma yang tertinggal di kaos tersebut murni mencerminkan aroma alami tubuh mereka. Setelah 24 jam, kaos-kaos tersebut dibekukan untuk mengawetkan aromanya, sehingga dapat digunakan dalam eksperimen selanjutnya.
Para wanita kemudian secara acak ditugaskan untuk mencium salah satu dari tiga jenis kaos: kaos yang tidak beraroma (belum dipakai), kaos yang dipakai oleh pasangan mereka, atau kaos yang dipakai oleh orang asing. Para peneliti kemudian mengukur kadar hormon stres kortisol pada para wanita setelah mereka mencium kaos-kaos tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang mencium kaos yang dipakai oleh pasangan mereka memiliki kadar kortisol yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang mencium kaos yang tidak beraroma atau kaos yang dipakai oleh orang asing.
Temuan ini menunjukkan bahwa aroma pasangan memiliki efek unik dalam mengurangi stres. Aroma tersebut tampaknya memicu respons fisiologis yang menenangkan, yang mungkin terkait dengan asosiasi positif dan rasa aman yang terkait dengan pasangan. Sebaliknya, aroma orang asing justru dapat memicu respons stres, mungkin karena aroma tersebut dianggap sebagai sinyal ancaman atau ketidakpastian.
Studi ini memiliki implikasi penting bagi pemahaman kita tentang peran indra penciuman dalam hubungan romantis. Indra penciuman seringkali diabaikan dalam penelitian tentang hubungan, tetapi studi ini menunjukkan bahwa indra penciuman dapat memainkan peran penting dalam membentuk perasaan kita tentang kedekatan, keamanan, dan kenyamanan dalam hubungan.
Selain itu, studi ini menawarkan cara potensial untuk mengelola stres dalam hubungan romantis. Bagi pasangan yang seringkali terpisah karena pekerjaan atau alasan lainnya, membawa atau menggunakan barang-barang yang beraroma pasangan dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan perasaan terhubung.
Namun, penting untuk dicatat bahwa studi ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, studi ini hanya berfokus pada pasangan lawan jenis. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini berlaku untuk pasangan sesama jenis. Kedua, studi ini hanya mengukur kadar hormon stres kortisol. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah aroma pasangan memiliki efek lain pada kesehatan fisik dan mental, seperti meningkatkan kualitas tidur atau mengurangi kecemasan.
Meskipun demikian, studi ini memberikan bukti yang menarik bahwa aroma pasangan dapat memiliki efek yang kuat pada kesejahteraan emosional. Temuan ini menyoroti pentingnya indra penciuman dalam hubungan romantis dan menawarkan cara potensial untuk mengelola stres dan meningkatkan perasaan terhubung dalam hubungan.
Selain implikasi praktisnya, studi ini juga menimbulkan pertanyaan menarik tentang evolusi hubungan manusia. Mengapa aroma pasangan memiliki efek yang begitu kuat pada kita? Apakah ada alasan evolusioner untuk preferensi kita terhadap aroma pasangan?
Salah satu kemungkinan penjelasan adalah bahwa aroma pasangan berfungsi sebagai sinyal kompatibilitas genetik. Penelitian telah menunjukkan bahwa manusia cenderung tertarik pada aroma orang-orang yang memiliki gen yang berbeda dari mereka sendiri dalam sistem kekebalan tubuh utama (MHC). Preferensi ini mungkin membantu memastikan bahwa anak-anak kita memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
Penjelasan lain adalah bahwa aroma pasangan menjadi terkait dengan perasaan positif dan pengalaman yang terkait dengan hubungan. Seiring waktu, kita mulai mengasosiasikan aroma pasangan dengan perasaan aman, nyaman, dan dicintai. Akibatnya, paparan aroma pasangan dapat memicu respons emosional yang menenangkan.
Terlepas dari alasannya, jelas bahwa aroma pasangan memiliki efek yang kuat pada kita. Studi ini hanyalah salah satu dari banyak penelitian yang menyoroti pentingnya indra penciuman dalam kehidupan kita. Indra penciuman tidak hanya membantu kita mengidentifikasi makanan dan bahaya, tetapi juga memainkan peran penting dalam membentuk emosi, ingatan, dan hubungan kita.
Di masa depan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami kompleksitas interaksi antara aroma, emosi, dan hubungan. Namun, studi ini memberikan langkah penting ke arah yang benar, menyoroti kekuatan aroma untuk meredakan stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional dalam hubungan romantis.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran aroma dalam hubungan, kita dapat mengembangkan cara-cara baru untuk meningkatkan hubungan kita dan mengelola stres. Mungkin di masa depan, terapi aroma akan menjadi bagian standar dari konseling pernikahan. Atau mungkin kita akan mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita untuk mentransmisikan aroma pasangan kita dari jarak jauh.
Kemungkinannya tidak terbatas. Yang pasti, studi ini telah membuka pintu untuk bidang penelitian baru yang menarik, yang dapat memiliki implikasi signifikan bagi pemahaman kita tentang hubungan manusia.
Sebagai kesimpulan, studi dari University of British Columbia ini memberikan bukti kuat bahwa aroma tubuh pasangan, khususnya bagi wanita, memiliki kekuatan untuk meredakan stres. Temuan ini menyoroti pentingnya indra penciuman dalam hubungan romantis dan menawarkan cara potensial untuk mengelola stres dan meningkatkan perasaan terhubung dalam hubungan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk sepenuhnya memahami kompleksitas interaksi antara aroma, emosi, dan hubungan, tetapi studi ini merupakan langkah penting ke arah yang benar.