Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH), tengah gencar mengkampanyekan penggunaan popok kain sebagai alternatif berkelanjutan pengganti popok sekali pakai. Inisiatif ini dijalankan melalui kolaborasi strategis dengan Bumbi, sebuah gerakan sosial yang berfokus pada isu-isu lingkungan, dengan tujuan mengurangi timbunan sampah popok yang menjadi permasalahan serius di kota ini. Program ambisius ini merupakan bagian dari upaya Surabaya untuk bersaing dalam Bloomberg Mayor Challenge 2025, sebuah kompetisi global yang digagas oleh Bloomberg Philanthropies. Keberhasilan Surabaya menembus 50 finalis terbaik dalam ajang tersebut menjadi bukti komitmen kota ini dalam menciptakan solusi inovatif untuk tantangan perkotaan.
Sosialisasi penggunaan popok kain telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat Surabaya, dengan fokus pada lokasi-lokasi strategis seperti Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari Merr, Balai RW 2 Kelurahan Wonokromo, dan RW 7 Kelurahan Wonokromo. Pemilihan lokasi ini bertujuan untuk menjangkau langsung para orang tua, calon orang tua, dan komunitas lokal, memberikan edukasi yang komprehensif mengenai manfaat dan cara penggunaan popok kain.
Kepala DLH Kota Surabaya, Dedik Irianto, menjelaskan bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk mengubah pola perilaku masyarakat, mendorong mereka untuk beralih dari penggunaan popok sekali pakai yang berdampak buruk bagi lingkungan, menuju pilihan yang lebih ramah lingkungan, yaitu popok kain. Dedik menekankan bahwa perubahan perilaku ini membutuhkan pendekatan yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Selain kegiatan sosialisasi yang intensif, Pemkot Surabaya juga menjalankan pilot project di wilayah Wonokromo, dengan target partisipasi sebanyak 200 bayi. Proyek percontohan ini dirancang untuk memantau secara langsung efektivitas penggunaan popok kain dalam skala komunitas, serta mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk pengembangan program selanjutnya. Perkembangan pilot project ini akan dievaluasi secara berkala hingga bulan Oktober, untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Dedik Irianto juga menyoroti empat manfaat utama dari penggunaan popok kain, yang menjadi dasar dari kampanye perubahan perilaku ini:
- Pengurangan Sampah Popok Sekali Pakai: Manfaat paling signifikan dari penggunaan popok kain adalah pengurangan drastis jumlah sampah popok sekali pakai yang mencemari lingkungan. Sampah popok sekali pakai merupakan kontributor utama sampah anorganik di Surabaya, mendominasi tempat pembuangan akhir (TPA) dan bahkan mencemari sungai-sungai di kota ini. Dedik mengungkapkan bahwa sampah anorganik, termasuk popok dan pembalut, mencapai 40 persen dari total sampah di Surabaya, menunjukkan betapa seriusnya permasalahan ini. Dengan beralih ke popok kain, volume sampah yang dihasilkan dapat dikurangi secara signifikan, meringankan beban TPA dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan.
- Mengurangi Risiko Ruam dan Infeksi Saluran Kemih: Popok kain, terutama yang terbuat dari bahan katun alami, memiliki sifat yang lebih lembut dan breathable dibandingkan dengan popok sekali pakai yang mengandung bahan plastik dan bahan kimia. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya ruam popok dan infeksi saluran kemih (ISK) pada bayi. Bahan alami pada popok kain memungkinkan kulit bayi untuk bernapas dengan lebih baik, mengurangi kelembapan dan iritasi yang dapat memicu ruam. Selain itu, penggunaan popok kain juga mengurangi paparan bayi terhadap bahan kimia yang berpotensi berbahaya yang terdapat pada popok sekali pakai.
- Penghematan Biaya: Meskipun investasi awal untuk membeli popok kain mungkin terlihat lebih besar dibandingkan dengan membeli popok sekali pakai, dalam jangka panjang, penggunaan popok kain jauh lebih ekonomis. Dedik menjelaskan bahwa perkiraan biaya untuk membeli popok sekali pakai mencapai ratusan ribu rupiah per bulan. Dengan beralih ke popok kain, orang tua dapat menghemat pengeluaran tersebut, karena popok kain dapat digunakan berulang kali setelah dicuci dan dikeringkan. Selain itu, popok kain juga lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan popok sekali pakai, sehingga dapat digunakan untuk jangka waktu yang lebih lama.
- Pemberdayaan Perempuan dan Penyandang Disabilitas: Produksi popok kain di Surabaya memberikan peluang ekonomi bagi kaum wanita dan penyandang disabilitas. Pemkot Surabaya bekerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat dan organisasi nirlaba untuk melatih dan memberdayakan mereka dalam memproduksi popok kain berkualitas. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi sampah popok, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan sosial bagi kelompok-kelompok rentan di masyarakat. Dengan membeli popok kain lokal, masyarakat Surabaya turut berkontribusi dalam mendukung perekonomian lokal dan memberdayakan komunitas.
Pemkot Surabaya tidak hanya berfokus pada sosialisasi dan edukasi, tetapi juga menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk rumah sakit. Salah satu contohnya adalah kerja sama dengan RSIA Kendangsari, di mana paket melahirkan di rumah sakit tersebut akan mencakup popok kain sebagai alat peraga bagi para ibu baru. Dengan melibatkan tenaga medis seperti dokter dan bidan dalam program ini, diharapkan edukasi mengenai manfaat popok kain dapat menjangkau lebih banyak masyarakat, serta meningkatkan kepercayaan dan penerimaan terhadap alternatif yang berkelanjutan ini.
Dedik Irianto berharap bahwa dengan semakin gencar dilakukan sosialisasi dan edukasi, semakin banyak masyarakat yang mengetahui manfaat popok kain dan bersedia untuk menggunakannya. Ia menekankan bahwa partisipasi aktif masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan Surabaya sebagai kota bebas sampah popok. Dengan semakin banyak orang yang beralih ke popok kain, diharapkan sampah popok sekali pakai yang mencemari sungai dan lingkungan dapat berkurang secara signifikan.
Founder dan CEO Bumbi, Celia Siura, menyatakan bahwa tujuan utama dari gerakan mereka adalah untuk mewujudkan Kota Surabaya yang bebas dari sampah popok dan pembalut. Celia menyadari bahwa masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang popok kain dan manfaatnya. Oleh karena itu, Bumbi berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan pembagian tester popok kain secara gratis. Dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk merasakan langsung manfaatnya, diharapkan mereka akan lebih tertarik untuk mengadopsi penggunaan popok kain.
Dalam kegiatan edukasinya, Celia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan dengan tidak membuang sampah popok sekali pakai ke sungai. Ia menjelaskan bahwa air sungai merupakan bahan baku utama bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat. Dengan membuang sampah popok ke sungai, masyarakat tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga merusak sumber air bersih yang mereka konsumsi sehari-hari.
Celia menegaskan bahwa Bumbi ingin mengajarkan kepada masyarakat bahwa air yang mereka minum saat ini berpotensi tercemar oleh sampah popok sekali pakai. Oleh karena itu, perubahan perilaku dan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sangatlah penting.
Selain memberikan edukasi, Bumbi juga mengajak orang tua untuk langsung mencoba penggunaan popok kain dengan cara memberikan tester secara gratis. Celia menjelaskan bahwa tujuan dari pemberian tester ini adalah agar masyarakat dapat merasakan langsung kenyamanan dan manfaat dari popok kain. Dengan merasakan sendiri, diharapkan mereka akan lebih mudah untuk mengadopsi penggunaan popok kain sebagai alternatif pengganti popok sekali pakai.
Celia Siura menambahkan, "Tujuannya supaya masyarakat merasakan dulu, kemudian mereka mengadopsi dan memilih menggunakan popok kain ketimbang popok sekali pakai." Ia berharap bahwa dengan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan masyarakat, Surabaya dapat mencapai tujuannya sebagai kota yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan. Kampanye penggunaan popok kain ini bukan hanya tentang mengurangi sampah, tetapi juga tentang meningkatkan kesadaran lingkungan, memberdayakan masyarakat, dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Dengan komitmen dan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat, Surabaya dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia dan di seluruh dunia dalam menciptakan solusi inovatif untuk tantangan lingkungan perkotaan. Inisiatif ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan ke-12 tentang konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, serta tujuan ke-14 tentang menjaga kehidupan di bawah air. Dengan mengurangi sampah plastik yang mencemari laut dan sungai, Surabaya turut berkontribusi dalam menjaga ekosistem perairan dan melindungi keanekaragaman hayati. Selain itu, inisiatif ini juga mendukung tujuan ke-17 tentang kemitraan untuk mencapai tujuan, dengan melibatkan berbagai pihak dalam upaya mencapai tujuan bersama. Keberhasilan program ini akan menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, tantangan lingkungan dapat diatasi, dan kota yang lebih berkelanjutan dapat diwujudkan.