Depresi seringkali disalahpahami sebagai sekadar kesedihan mendalam yang berkepanjangan. Namun, menurut para ahli, termasuk dokter dari Harvard Medical School, manifestasi depresi bisa jauh lebih beragam dan tidak terduga. Gejala-gejala ini, yang sering kali tidak dikenali sebagai bagian dari depresi, dapat menunda diagnosis dan penanganan yang tepat, terutama pada kelompok usia lanjut.
Dr. Anne Fabiny, kepala geriatri di Cambridge Health Alliance dan asisten profesor kedokteran di Harvard Medical School, menyoroti bahwa lansia seringkali tidak secara langsung mengeluhkan perasaan depresi. Sebaliknya, mereka cenderung menunjukkan gejala fisik yang tampaknya tidak berhubungan dengan kondisi mental, seperti nyeri kronis, masalah ingatan, gangguan tidur, atau perubahan signifikan pada nafsu makan. Gejala-gejala ini dapat mengaburkan diagnosis depresi yang sebenarnya.
Salah satu tanda tak terduga lainnya yang dikaitkan dengan depresi adalah peningkatan risiko jatuh, terutama pada lansia. Meskipun tampak tidak logis, depresi dapat menyebabkan seseorang kurang memperhatikan lingkungan sekitar, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Selain itu, cara depresi bermanifestasi dapat berbeda antara pria dan wanita, terutama pada lansia. Dr. Fabiny mencatat bahwa pria lanjut usia cenderung menunjukkan gejala depresi dalam bentuk mudah tersinggung atau pemarah, dibandingkan dengan wanita yang mungkin lebih menunjukkan kesedihan atau perasaan putus asa. Oleh karena itu, stereotip tentang pria lanjut usia yang pemarah dapat menjadi indikasi adanya depresi yang mendasarinya.
Data dari Centers for Disease Control and Prevention AS (CDC) menunjukkan bahwa depresi lebih umum terjadi pada wanita dewasa (10,7 persen) dibandingkan pria dewasa (7,7 persen). Meskipun depresi seringkali mencapai puncaknya antara usia 45 dan 64 tahun, kondisi ini dapat muncul pada usia berapa pun.
Dalam berkomunikasi dengan pasien lansia, Dr. Fabiny seringkali menghindari penggunaan kata "depresi" secara langsung. Sebaliknya, ia lebih memilih menggunakan istilah yang lebih lembut dan mudah dipahami, seperti "sedih" atau "murung," untuk membuka percakapan dan mengurangi stigma yang mungkin terkait dengan diagnosis depresi.
Untuk mendiagnosis depresi secara akurat, dokter tidak hanya berfokus pada perasaan sedih yang dilaporkan pasien. Mereka juga mencari tanda-tanda lain yang mungkin mengindikasikan adanya depresi, seperti kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati, perubahan berat badan atau nafsu makan yang signifikan, gangguan tidur (insomnia atau tidur berlebihan), kelelahan atau kehilangan energi, perasaan bersalah atau tidak berharga, kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan, serta pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Kombinasi pengobatan dan psikoterapi (terapi bicara) dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif dalam mengatasi depresi. Pengobatan, seperti antidepresan, dapat membantu menyeimbangkan kembali zat kimia di otak yang berperan dalam mengatur suasana hati. Sementara itu, psikoterapi dapat membantu pasien mengidentifikasi dan mengatasi masalah emosional yang mendasari depresi, mengembangkan keterampilan mengatasi stres yang lebih sehat, serta meningkatkan hubungan interpersonal.
Penting untuk diingat bahwa depresi adalah kondisi medis yang nyata dan dapat diobati. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Diagnosis dan penanganan dini dapat membuat perbedaan besar dalam meningkatkan kualitas hidup dan mencegah komplikasi yang lebih serius.
Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan tentang tanda-tanda depresi yang tidak biasa:
- Nyeri kronis: Depresi dapat memperburuk atau menyebabkan nyeri kronis, seperti sakit kepala, sakit punggung, atau nyeri otot. Nyeri ini mungkin tidak merespons pengobatan standar dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
- Masalah pencernaan: Depresi dapat memengaruhi sistem pencernaan, menyebabkan gejala seperti sakit perut, mual, diare, atau sembelit.
- Kelelahan ekstrem: Kelelahan yang tidak kunjung hilang, bahkan setelah istirahat yang cukup, dapat menjadi tanda depresi. Kelelahan ini dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, belajar, atau berinteraksi sosial.
- Perubahan nafsu makan: Depresi dapat menyebabkan perubahan signifikan pada nafsu makan, baik peningkatan maupun penurunan. Beberapa orang mungkin kehilangan minat pada makanan dan mengalami penurunan berat badan yang tidak disengaja, sementara yang lain mungkin makan berlebihan sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif.
- Gangguan tidur: Depresi seringkali dikaitkan dengan gangguan tidur, seperti insomnia (kesulitan tidur) atau hipersomnia (tidur berlebihan). Gangguan tidur ini dapat memperburuk gejala depresi lainnya.
- Masalah ingatan dan konsentrasi: Depresi dapat memengaruhi fungsi kognitif, menyebabkan kesulitan berkonsentrasi, mengingat informasi, atau membuat keputusan.
- Mudah tersinggung atau marah: Seperti yang disebutkan sebelumnya, pria lanjut usia dengan depresi cenderung menunjukkan gejala mudah tersinggung atau marah. Namun, gejala ini juga dapat terjadi pada orang dewasa yang lebih muda dari kedua jenis kelamin.
- Kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan: Salah satu tanda klasik depresi adalah kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati, seperti hobi, olahraga, atau menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga.
- Perasaan bersalah atau tidak berharga: Depresi dapat menyebabkan perasaan bersalah atau tidak berharga yang berlebihan. Orang dengan depresi mungkin merasa bahwa mereka tidak berguna atau bahwa mereka telah melakukan kesalahan besar.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri: Pikiran tentang kematian atau bunuh diri adalah gejala serius depresi yang membutuhkan perhatian medis segera. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami pikiran-pikiran ini, segera cari bantuan profesional.
Jika Anda mencurigai bahwa Anda atau seseorang yang Anda kenal mungkin mengalami depresi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat melakukan evaluasi yang komprehensif untuk menentukan diagnosis yang tepat dan merekomendasikan rencana perawatan yang sesuai.
Selain pengobatan dan psikoterapi, ada beberapa langkah yang dapat Anda lakukan sendiri untuk membantu mengatasi depresi, seperti:
- Olahraga teratur: Olahraga telah terbukti memiliki efek positif pada suasana hati dan dapat membantu mengurangi gejala depresi.
- Makan makanan yang sehat: Diet seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu meningkatkan kesehatan mental dan fisik.
- Tidur yang cukup: Usahakan untuk tidur 7-8 jam setiap malam.
- Kelola stres: Temukan cara sehat untuk mengelola stres, seperti yoga, meditasi, atau menghabiskan waktu di alam.
- Bangun hubungan sosial: Habiskan waktu bersama teman dan keluarga yang suportif.
- Hindari alkohol dan narkoba: Alkohol dan narkoba dapat memperburuk gejala depresi.
Ingatlah bahwa Anda tidak sendirian. Jutaan orang di seluruh dunia mengalami depresi, dan ada banyak sumber daya yang tersedia untuk membantu Anda. Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika Anda merasa kesulitan mengatasi depresi sendiri. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, Anda dapat memulihkan diri dan menjalani hidup yang lebih bahagia dan sehat.