Temuan Hasil CKG: Depresi-Kecemasan di DKI 10 Kali Lipat Lampaui Rerata RI

  • Maskobus
  • Sep 10, 2025

Jakarta – Sebuah temuan mengejutkan dari hasil Comprehensive Kesehatan Generasi (CKG) menunjukkan bahwa tingkat depresi dan kecemasan di DKI Jakarta melonjak drastis, mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Data ini menjadi sorotan utama dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan mental di Indonesia, khususnya di wilayah metropolitan Jakarta yang padat dan dinamis.

CATATAN: Depresi dan munculnya keinginan bunuh diri bukanlah hal sepele. Kesehatan jiwa merupakan hal yang sama pentingnya dengan kesehatan tubuh atau fisik. Jika gejala depresi semakin parah, segeralah menghubungi dan berdiskusi dengan profesional seperti psikolog, psikiater, maupun langsung mendatangi klinik kesehatan jiwa.

Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), dr. Imran Pambudi, mengungkapkan bahwa program skrining kesehatan gratis yang berfokus pada kesehatan jiwa telah menjangkau lebih dari 13 juta warga Indonesia sejak Februari 2025. Dari data yang terkumpul, masalah mental yang paling banyak ditemukan adalah depresi dan kecemasan.

Kedua kondisi ini tidak hanya mengganggu kualitas hidup individu, tetapi juga berpotensi menjadi pemicu perilaku melukai diri sendiri, bahkan hingga tindakan mengakhiri hidup. Beberapa kasus yang terdeteksi melalui skrining ditindaklanjuti dengan memberikan layanan kesehatan primer di puskesmas, sementara kasus yang lebih berat dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang lebih intensif.

"Sejak Februari 2025, sudah ada 13 juta warga yang mengikuti skrining kesehatan jiwa. Dari hasil skrining ini, kami menemukan bahwa secara nasional, rata-rata orang yang mengalami gejala depresi sekitar 1 persen, sedangkan yang mengalami gejala kecemasan sekitar 0,9 persen," jelas dr. Imran dalam sebuah webinar yang diselenggarakan di Jakarta Selatan, Rabu (10/10/2025).

Temuan Hasil CKG: Depresi-Kecemasan di DKI 10 Kali Lipat Lampaui Rerata RI

Namun, angka ini jauh berbeda ketika melihat data spesifik dari DKI Jakarta. Provinsi ini mencatat insiden kasus depresi tertinggi berdasarkan hasil skrining.

"Yang paling tinggi adalah di DKI Jakarta. Di DKI Jakarta, yang mengalami depresi mencapai 9,3 persen, sedangkan yang mengalami kecemasan mencapai 7,6 persen," beber dr. Imran.

Data ini mengindikasikan bahwa hampir satu dari sepuluh orang di DKI Jakarta mengalami gejala depresi, dan lebih dari tujuh dari seratus orang mengalami gejala kecemasan. Angka ini sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak.

"Orang-orang dengan kondisi seperti inilah yang memiliki potensi untuk melakukan percobaan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri," sambung dr. Imran.

Menurut dr. Imran, angka depresi di DKI Jakarta mencapai 10 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Sementara itu, gangguan kecemasan di DKI Jakarta mencapai 7 kali lipat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Perbedaan yang signifikan ini menunjukkan adanya faktor-faktor khusus yang berkontribusi terhadap tingginya angka depresi dan kecemasan di ibu kota.

"Kasus di DKI Jakarta ini 10 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata di Indonesia, kalau cemas 7 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional. Kita butuh menanggulangi bagaimana masalah-masalah ini," tegasnya.

Lonjakan kasus depresi dan kecemasan di DKI Jakarta dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks, termasuk tekanan ekonomi, masalah sosial, gaya hidup yang serba cepat, dan kurangnya dukungan sosial. Sebagai pusat ekonomi dan pemerintahan, Jakarta menawarkan banyak peluang, tetapi juga menghadirkan tantangan yang signifikan bagi kesehatan mental penduduknya.

Untuk mengatasi masalah ini, dr. Imran mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan layanan konseling gratis yang tersedia selama 24 jam melalui website healing119.id. Platform ini menyediakan akses mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan bantuan profesional melalui telepon atau chat.

"Kami menyediakan layanan konseling gratis yang bisa diakses selama 24 jam melalui website healing119.id. Pengguna bisa langsung melanjutkan konseling melalui telepon atau chat dalam laman tersebut," jelas dr. Imran.

Data menunjukkan bahwa layanan konseling ini lebih banyak diakses oleh perempuan, yaitu sebesar 71,7 persen. Kelompok usia yang paling banyak mengakses layanan ini adalah usia 21 hingga 30 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa perempuan muda merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan mental dan membutuhkan dukungan yang lebih besar.

Temuan ini menggarisbawahi pentingnya investasi dalam layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah diakses. Pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental, mengurangi stigma, dan menyediakan dukungan yang memadai bagi mereka yang membutuhkan.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program pencegahan, peningkatan akses ke layanan kesehatan mental, dan penciptaan lingkungan yang mendukung kesehatan mental.

Selain itu, penting untuk mengatasi faktor-faktor sosial dan ekonomi yang berkontribusi terhadap tingginya angka depresi dan kecemasan di Jakarta. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program pengentasan kemiskinan, peningkatan lapangan kerja, dan peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan. Dengan mengatasi masalah depresi dan kecemasan, kita dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan produktif. Temuan CKG ini menjadi momentum penting untuk memperkuat upaya penanggulangan masalah kesehatan mental di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta.

Analisis Lebih Mendalam:

  • Faktor-faktor Penyebab: Tingginya angka depresi dan kecemasan di DKI Jakarta dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
    • Tekanan Ekonomi: Biaya hidup yang tinggi di Jakarta dapat menyebabkan stres dan kecemasan bagi banyak orang, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.
    • Masalah Sosial: Kemacetan, polusi, dan kepadatan penduduk dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat dan memicu stres.
    • Gaya Hidup Serba Cepat: Gaya hidup yang serba cepat di Jakarta dapat membuat orang merasa tertekan dan kurang memiliki waktu untuk bersantai dan berinteraksi sosial.
    • Kurangnya Dukungan Sosial: Banyak orang di Jakarta merasa kesepian dan terisolasi karena kurangnya dukungan sosial dari keluarga, teman, atau komunitas.
  • Dampak: Depresi dan kecemasan dapat berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan, termasuk:
    • Kesehatan Fisik: Depresi dan kecemasan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes.
    • Kesehatan Mental: Depresi dan kecemasan dapat menyebabkan masalah tidur, gangguan makan, dan pikiran untuk bunuh diri.
    • Produktivitas: Depresi dan kecemasan dapat menurunkan produktivitas di tempat kerja dan di sekolah.
    • Hubungan Sosial: Depresi dan kecemasan dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan pasangan.
  • Solusi: Untuk mengatasi masalah depresi dan kecemasan di DKI Jakarta, diperlukan solusi yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak, antara lain:
    • Peningkatan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan mengurangi stigma terkait masalah mental.
    • Akses ke Layanan Kesehatan Mental: Meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental yang terjangkau dan mudah diakses, seperti konseling, terapi, dan pengobatan.
    • Program Pencegahan: Mengembangkan program pencegahan yang berfokus pada peningkatan kesehatan mental dan mengurangi faktor risiko depresi dan kecemasan.
    • Dukungan Sosial: Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan mental, seperti komunitas yang inklusif dan program dukungan sosial.
    • Kebijakan Publik: Mengembangkan kebijakan publik yang mendukung kesehatan mental, seperti peningkatan kualitas hidup, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan lapangan kerja.

Kesimpulan:

Temuan CKG yang menunjukkan tingginya angka depresi dan kecemasan di DKI Jakarta merupakan peringatan serius bagi kita semua. Masalah ini membutuhkan perhatian serius dan tindakan nyata dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan masyarakat Jakarta yang lebih sehat dan bahagia.

(naf/kna)

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :