Daksh Gupta, CEO muda startup AI Greptile yang berbasis di San Francisco, menuai kritik pedas atas penerapan sistem kerja 996, sebuah praktik kontroversial yang menuntut karyawan bekerja dari jam 9 pagi hingga 9 malam, enam hari dalam seminggu. Di usia yang baru menginjak 23 tahun, Gupta, seorang lulusan Georgia Tech asal India, dianggap memaksakan budaya kerja yang tidak seimbang dan berpotensi merugikan kesehatan mental serta fisik para karyawannya. Sistem 996, yang pernah populer di China namun kemudian ditinggalkan karena tekanan publik, kembali mencuat ke permukaan dan memicu perdebatan sengit tentang etika kerja di era startup.
Dalam sebuah wawancara dengan The San Francisco Standard, Gupta secara terbuka mempromosikan etos kerja perusahaannya yang terbilang ekstrem. Ia menggambarkan budaya Greptile sebagai kombinasi antara pantang alkohol dan narkoba, penerapan sistem 9-9-6, rutin angkat beban berat dan lari jarak jauh, anjuran menikah muda, pencatatan waktu tidur yang ketat, serta konsumsi steak dan telur sebagai menu wajib. Pernyataan ini sontak memicu reaksi keras dari berbagai pihak, terutama dari kalangan Gen Z yang semakin menghargai keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.
Gupta mengakui bahwa bergabung dengan Greptile berarti siap menghadapi kehidupan yang tidak seimbang. Ia mengungkapkan bahwa hari kerja di perusahaannya seringkali berlangsung dari jam 9 pagi hingga 11 malam, dengan kewajiban masuk kerja pada hari Sabtu, dan terkadang juga pada hari Minggu. Meskipun demikian, ia membela aturan tersebut dengan alasan bahwa disiplin yang ketat diperlukan pada tahap awal pengembangan startup. Menurutnya, rutinitas 9-9-6 dapat mempercepat kemajuan perusahaan dari yang seharusnya memakan waktu berbulan-bulan menjadi hanya beberapa minggu. Ia juga menambahkan bahwa intensitas kerja seperti itu seharusnya tidak berlangsung lebih dari satu atau dua tahun, dan setelahnya perusahaan akan menerapkan sistem kerja yang lebih fleksibel.
Lebih lanjut, Gupta menyatakan bahwa ia secara aktif mencari karyawan yang bersedia menerima jadwal kerja yang ekstrem tersebut. Ia meyakini bahwa komitmen tinggi dari para karyawan adalah kunci bagi perusahaan untuk mencapai misinya. Ia berpendapat bahwa ketika dua startup memiliki potensi yang sama, tim yang bekerja lebih keras dan lebih beruntung akan menjadi pemenangnya. Pandangan ini mencerminkan keyakinan Gupta bahwa kerja keras adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan, meskipun dengan mengorbankan keseimbangan kehidupan pribadi.
Sistem kerja 996 pertama kali populer di China, terutama didorong oleh tokoh-tokoh seperti Jack Ma, pendiri Alibaba. Perusahaan-perusahaan besar seperti ByteDance, JD.com, dan Huawei pernah mengadopsi praktik ini, namun kemudian menghadapi gelombang kritik dan protes dari para karyawan. Akibatnya, banyak perusahaan yang akhirnya mengurangi atau bahkan menghapus sistem 996. Kritik terhadap sistem ini berfokus pada dampaknya yang negatif terhadap kesehatan fisik dan mental karyawan, serta kurangnya waktu untuk beristirahat dan bersosialisasi.
Para kritikus Gupta berpendapat bahwa filosofinya bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut oleh Gen Z, yang semakin sadar akan pentingnya keseimbangan kehidupan kerja. Generasi ini belajar dari pengalaman generasi sebelumnya yang berjuang melawan kelelahan (burnout) dan masalah kesehatan mental akibat tekanan kerja yang berlebihan. Mereka mempertanyakan apakah intensitas kerja yang ekstrem seperti yang diterapkan oleh Gupta dapat dipertahankan dalam jangka panjang, dan apakah hal itu sepadan dengan risiko kesehatan dan kesejahteraan karyawan.
Selain itu, para kritikus juga menyoroti bahwa sistem 996 dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Karyawan yang kelelahan dan kekurangan waktu istirahat cenderung kurang produktif dan kurang mampu menghasilkan ide-ide baru. Mereka berpendapat bahwa perusahaan yang ingin sukses dalam jangka panjang harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan kehidupan kerja, sehingga karyawan dapat merasa termotivasi, bersemangat, dan berkinerja tinggi.
Greptile didirikan oleh Gupta bersama dengan Soohoon Choi dan Vaishant Kameswaran pada tahun 2022, setelah mendapatkan investasi awal sebesar USD 100.000 dari miliarder Christopher Klaus. Perusahaan ini mengembangkan tool AI untuk peninjauan kode, yang bertujuan untuk membantu para pengembang perangkat lunak dalam meningkatkan kualitas dan efisiensi kode mereka. Setelah mendapatkan pendanaan awal, Greptile berhasil mengumpulkan dana tambahan sebesar USD 5,3 juta.
Meskipun menuai kritik atas sistem kerja 996 yang diterapkannya, Gupta menegaskan bahwa ia juga menanggung beban kerja yang sama dengan timnya. Ia bahkan mengklaim bahwa ia adalah karyawan dengan gaji terendah di perusahaan, meskipun menjabat sebagai CEO. Pernyataan ini mungkin bertujuan untuk menunjukkan bahwa ia tidak hanya menuntut kerja keras dari para karyawannya, tetapi juga bersedia berkorban dan bekerja keras bersama mereka. Namun, hal ini tidak serta merta meredakan kritik terhadap sistem 996, yang tetap dianggap sebagai praktik yang tidak berkelanjutan dan berpotensi merugikan.
Kontroversi seputar sistem kerja 996 di Greptile menyoroti perdebatan yang lebih luas tentang etika kerja di era startup. Di satu sisi, banyak yang percaya bahwa kerja keras dan dedikasi tinggi diperlukan untuk mencapai kesuksesan dalam lingkungan yang kompetitif. Di sisi lain, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya keseimbangan kehidupan kerja dan dampaknya terhadap kesehatan dan kesejahteraan. Perusahaan-perusahaan yang ingin menarik dan mempertahankan talenta terbaik perlu mempertimbangkan dengan cermat bagaimana menciptakan lingkungan kerja yang mendukung keseimbangan ini, sehingga karyawan dapat merasa termotivasi, produktif, dan bahagia.
Kasus Greptile juga menjadi peringatan bagi para pendiri startup muda untuk tidak terpaku pada model kerja yang sudah usang dan terbukti merugikan. Mereka perlu berinovasi dan menciptakan budaya kerja yang lebih manusiawi dan berkelanjutan, yang menghargai keseimbangan kehidupan kerja dan mendukung kesehatan mental serta fisik karyawan. Dengan demikian, startup dapat mencapai kesuksesan jangka panjang tanpa mengorbankan kesejahteraan para karyawannya.
Pada akhirnya, perdebatan tentang sistem kerja 996 adalah tentang nilai-nilai yang kita anut dan visi tentang masa depan dunia kerja. Apakah kita akan terus mengejar pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan kesejahteraan manusia, ataukah kita akan menciptakan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan, di mana semua orang dapat berkembang dan berkontribusi tanpa harus mengorbankan kehidupan pribadi mereka? Pertanyaan ini membutuhkan refleksi yang mendalam dan tindakan nyata dari para pemimpin bisnis, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan.