Thaksin Cabut ke Dubai Usai Anaknya Dipecat dan Thailand Akan Pilih PM Baru

  • Maskobus
  • Sep 05, 2025

Mantan Perdana Menteri Thailand, Thaksin Shinawatra, kembali meninggalkan negaranya menuju Dubai, Uni Emirat Arab, pada Kamis (4/9), sehari sebelum parlemen Thailand melakukan pemilihan perdana menteri baru. Langkah ini terjadi di tengah gejolak politik yang meningkat, ditandai dengan pemecatan putrinya, Paetongtarn Shinawatra, dari jabatan Perdana Menteri dan ketidakpastian menjelang sidang putusan atas serangkaian kasus hukum yang menjeratnya. Kepergian Thaksin, yang dikenal sebagai tokoh politik kontroversial dan berpengaruh di Thailand, memicu spekulasi dan pertanyaan tentang masa depan politik negara tersebut.

Thaksin, yang sebelumnya menghabiskan 15 tahun dalam pengasingan di Dubai untuk menghindari hukuman penjara atas tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, baru saja kembali ke Thailand pada Agustus 2023. Kepulangannya disambut meriah oleh para pendukungnya, namun juga memicu kontroversi dan kekhawatiran di kalangan lawan politiknya. Kini, kepergiannya yang mendadak ke Dubai sekali lagi menimbulkan pertanyaan tentang komitmennya terhadap proses hukum dan stabilitas politik Thailand.

Menurut laporan berbagai sumber, Thaksin meninggalkan Thailand dengan jet pribadi pada Kamis malam. Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan dirinya sedang menjalani pemeriksaan medis (medical check-up) setibanya di Dubai. Alasan pasti kepergiannya belum diungkapkan secara resmi, namun spekulasi luas menyebutkan bahwa ia ingin menghindari potensi hukuman penjara jika terbukti bersalah dalam serangkaian kasus yang sedang berlangsung.

Sidang putusan atas kasus-kasus tersebut dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat, dan jika terbukti bersalah, Thaksin terancam kembali mendekam di penjara. Kasus-kasus ini meliputi tuduhan korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan penghinaan terhadap monarki, yang semuanya dapat membawa hukuman berat.

Thaksin Cabut ke Dubai Usai Anaknya Dipecat dan Thailand Akan Pilih PM Baru

Selain menghadapi masalah hukum, Thaksin juga menghadapi pukulan politik dengan pemecatan putrinya, Paetongtarn Shinawatra, dari jabatan Perdana Menteri. Paetongtarn, yang juga merupakan tokoh terkemuka di Partai Pheu Thai, terbukti melanggar etik dan harus meninggalkan jabatannya. Pemecatannya menciptakan kekosongan kepemimpinan dan menambah ketidakpastian politik di Thailand.

Partai Pheu Thai, yang didukung oleh keluarga Shinawatra, telah mengusulkan pembubaran parlemen dan mengadakan pemilihan umum baru. Namun, permintaan ini ditolak oleh Kerajaan Thailand, yang berpendapat bahwa hal itu akan memperburuk situasi politik yang sudah tegang.

Dengan penolakan tersebut, persaingan untuk menjadi perdana menteri baru semakin terbuka. Anutin Charnvirakul, pemimpin Partai Bhumjaithai, muncul sebagai kandidat terkuat untuk menggantikan Paetongtarn. Anutin telah berhasil membangun koalisi yang kuat dan saat ini memegang 146 kursi di parlemen.

Untuk menjadi perdana menteri, Anutin membutuhkan dukungan dari mayoritas anggota parlemen. Partai Rakyat, yang memiliki 143 kursi, telah menyatakan dukungannya kepada Anutin, namun menegaskan bahwa mereka tidak akan bergabung dengan pemerintahan yang dipimpinnya.

Pemilihan perdana menteri baru dijadwalkan berlangsung pada Jumat (5/9). Proses pemilihan ini diperkirakan akan berlangsung ketat dan penuh intrik politik. Hasilnya akan sangat menentukan arah politik Thailand dalam beberapa tahun mendatang.

Kepergian Thaksin ke Dubai terjadi pada saat yang sangat krusial bagi Thailand. Negara ini sedang menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang signifikan, dan kepemimpinan yang kuat dan stabil sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Ketidakpastian politik yang sedang berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan pengusaha. Mereka khawatir bahwa ketidakstabilan politik dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan investasi asing.

Thailand telah lama menjadi pusat ekonomi dan politik di Asia Tenggara. Negara ini memiliki sejarah panjang dan kaya, dan budayanya yang unik menarik wisatawan dari seluruh dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Thailand telah mengalami periode ketidakstabilan politik dan konflik sosial.

Militer telah memainkan peran penting dalam politik Thailand selama beberapa dekade. Kudeta militer telah terjadi beberapa kali dalam sejarah negara itu, dan militer sering kali turun tangan untuk menyelesaikan perselisihan politik.

Monarki juga merupakan lembaga penting di Thailand. Raja dipandang sebagai tokoh yang dihormati dan dihormati, dan monarki memiliki pengaruh yang besar dalam politik Thailand.

Partai politik Thailand sering kali terpecah dan tidak stabil. Partai-partai politik sering kali terbentuk dan bubar dengan cepat, dan aliansi politik dapat berubah dengan cepat.

Masa depan politik Thailand masih belum pasti. Negara ini menghadapi tantangan yang signifikan, dan tidak jelas bagaimana tantangan-tantangan tersebut akan diatasi. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa Thailand akan terus menjadi pusat ekonomi dan politik yang penting di Asia Tenggara.

Kepulangan Thaksin ke Thailand pada Agustus 2023, setelah 15 tahun mengasingkan diri, adalah momen penting dalam politik Thailand. Thaksin adalah tokoh yang sangat populer di kalangan masyarakat pedesaan dan kelas pekerja, dan kepulangannya membangkitkan harapan di kalangan para pendukungnya.

Namun, kepulangan Thaksin juga memicu kekhawatiran di kalangan lawan politiknya. Mereka khawatir bahwa Thaksin akan mencoba untuk mengganggu proses politik dan mengembalikan kekuasaannya.

Thaksin telah membantah bahwa ia memiliki niat untuk mengganggu proses politik. Ia mengatakan bahwa ia hanya ingin kembali ke Thailand untuk mengunjungi keluarganya dan menikmati masa pensiunnya.

Namun, banyak orang tetap skeptis terhadap niat Thaksin. Mereka percaya bahwa ia masih memiliki ambisi politik dan bahwa ia akan mencoba untuk mempengaruhi hasil pemilihan umum mendatang.

Kepergian Thaksin ke Dubai pada Kamis (4/9) sekali lagi menimbulkan pertanyaan tentang niatnya. Apakah ia benar-benar hanya ingin mengunjungi keluarganya dan menikmati masa pensiunnya, atau apakah ia memiliki agenda politik tersembunyi?

Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan ini. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa Thaksin Shinawatra akan terus menjadi tokoh penting dalam politik Thailand, terlepas dari apa yang terjadi di masa depan.

Pemilihan perdana menteri baru pada Jumat (5/9) akan menjadi momen penting bagi Thailand. Hasil pemilihan ini akan menentukan arah politik negara itu dalam beberapa tahun mendatang.

Anutin Charnvirakul adalah kandidat terkuat untuk menjadi perdana menteri. Ia telah berhasil membangun koalisi yang kuat dan memiliki dukungan dari banyak anggota parlemen.

Namun, Anutin menghadapi tantangan yang signifikan. Ia harus meyakinkan parlemen bahwa ia adalah pemimpin yang tepat untuk Thailand, dan ia harus mengatasi kekhawatiran tentang hubungannya dengan militer dan monarki.

Hasil pemilihan perdana menteri baru masih belum pasti. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa Thailand akan terus menghadapi tantangan politik dan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang.

Kepergian Thaksin ke Dubai telah menambah ketidakpastian politik di Thailand. Negara ini membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan stabil untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Semoga Thailand dapat menemukan jalan menuju stabilitas dan kemakmuran di masa depan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :