Abu Dhabi, Uni Emirat Arab – Sebuah gebrakan baru mengguncang lanskap kecerdasan buatan (AI) global. Mohamed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI), sebuah universitas riset terkemuka di Uni Emirat Arab (UEA) yang didedikasikan untuk kemajuan AI, secara resmi memperkenalkan model penalaran AI inovatif yang menjanjikan efisiensi biaya signifikan. Model ini, yang diberi nama K2 Think, dirancang untuk bersaing langsung dengan raksasa industri seperti ChatGPT dari OpenAI dan DeepSeek, laboratorium AI terkemuka asal Tiongkok.
Langkah ini menandai ambisi besar UEA untuk menjadi pemain kunci dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI, sejalan dengan upaya diversifikasi ekonomi negara tersebut di luar sektor minyak bumi tradisional. K2 Think diharapkan dapat membuka peluang baru dalam berbagai bidang, mulai dari riset ilmiah hingga aplikasi komersial, dengan menawarkan solusi AI yang lebih terjangkau dan mudah diakses.
DeepSeek sebelumnya telah mencuri perhatian dunia AI dengan meluncurkan model penalaran R1. Klaimnya, R1 mampu melampaui kemampuan OpenAI dengan biaya pelatihan yang jauh lebih rendah. Kehadiran K2 Think semakin memanaskan persaingan di antara para pengembang AI global.
Salah satu keunggulan utama K2 Think terletak pada ukurannya yang relatif kecil. Dengan hanya 32 miliar parameter, K2 Think jauh lebih ringkas dibandingkan ChatGPT dan DeepSeek. Parameter, dalam konteks model bahasa AI, merujuk pada variabel yang dipelajari oleh model untuk memahami dan menghasilkan bahasa. Semakin banyak parameter, semakin kompleks dan potensial model tersebut. Namun, dengan mengurangi jumlah parameter secara signifikan, MBZUAI berhasil menciptakan model yang lebih efisien dan hemat biaya tanpa mengorbankan kinerja secara signifikan.
K2 Think dibangun di atas model Qwen 2.5 open source yang dikembangkan oleh raksasa teknologi Tiongkok, Alibaba. Keputusan untuk menggunakan model open source sebagai dasar pengembangan memungkinkan MBZUAI untuk memanfaatkan pengetahuan dan sumber daya yang ada, mempercepat proses pengembangan, dan mengurangi biaya. Selain itu, K2 Think diuji dan dijalankan pada perangkat keras yang disediakan oleh Cerebras, produsen chip AI terkemuka. Kolaborasi ini memastikan bahwa K2 Think dioptimalkan untuk kinerja terbaik pada infrastruktur modern.
Sebagai perbandingan, model R1 DeepSeek memiliki total 671 miliar parameter, menunjukkan perbedaan skala yang signifikan. OpenAI sendiri tidak mengungkapkan jumlah parameter yang digunakan dalam model AI-nya, sehingga sulit untuk melakukan perbandingan langsung. Namun, secara umum diyakini bahwa model OpenAI memiliki jumlah parameter yang sangat besar.
Pengembangan K2 Think merupakan hasil kolaborasi erat antara MBZUAI dan G42, sebuah perusahaan AI yang berbasis di UEA dan didukung oleh Microsoft, raksasa teknologi AS. Kemitraan ini menggabungkan keahlian akademis MBZUAI dengan sumber daya dan jaringan industri G42, menciptakan sinergi yang kuat. Para peneliti di balik K2 Think mengklaim bahwa model ini mampu memberikan kinerja yang sebanding dengan model penalaran unggulan OpenAI dan DeepSeek, meskipun ukurannya jauh lebih kecil. Klaim ini menunjukkan bahwa MBZUAI telah mencapai terobosan signifikan dalam efisiensi model AI.
Hector Liu, direktur Institute of Foundation Models di MBZUAI, menjelaskan bahwa timnya mampu mencapai kinerja tinggi dengan menggunakan berbagai metode inovatif. Pendekatan yang digunakan lebih menekankan pada sistem secara keseluruhan, bukan hanya model itu sendiri.
"Yang istimewa dari model kami adalah kami memperlakukannya lebih seperti sebuah sistem, bukan sekadar model. Jadi, tidak seperti model sumber terbuka biasa di mana kami bisa langsung merilis modelnya, kami benar-benar menerapkan model tersebut dan melihat bagaimana kami dapat meningkatkannya seiring waktu," kata Liu. Pernyataan ini menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam pengembangan AI, yang mencakup optimasi perangkat keras, perangkat lunak, dan proses pelatihan.
Saat ini, Amerika Serikat dan Tiongkok muncul sebagai dua negara terdepan dalam perlombaan AI global. Perusahaan teknologi besar dan startup AS seperti OpenAI telah memimpin dalam beberapa tahun terakhir. Namun, terobosan DeepSeek dengan R1 awal tahun ini menegaskan posisi Tiongkok sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan. Dengan peluncuran K2 Think, UEA berupaya untuk bergabung dengan jajaran pemimpin AI global.
UEA memiliki ambisi besar untuk memposisikan diri sebagai pusat inovasi AI global. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengaruh geopolitik negara tersebut dan mendiversifikasi ekonominya di luar sektor minyak mentah. Namun, UEA menghadapi persaingan ketat dari negara-negara lain di kawasan tersebut, terutama Arab Saudi. Arab Saudi juga berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan kapabilitas AI melalui Humain, sebuah perusahaan yang diluncurkan di bawah Dana Investasi Publik.
Meskipun K2 Think menunjukkan kinerja yang setara dengan model AI lainnya, pengembangnya menekankan bahwa tujuan utama mereka bukanlah untuk membangun chatbot serbaguna seperti ChatGPT. Richard Morton, dari Institute of Foundation Models di MBZUAI, menjelaskan bahwa model tersebut ditujukan untuk penggunaan spesifik di bidang seperti matematika dan sains.
"Dengan aplikasi khusus ini, alih-alih membutuhkan waktu lima tahun bagi 1.000, 2.000 manusia untuk memikirkan pertanyaan tertentu, atau menjalani serangkaian uji klinis tertentu, atau semacamnya, maka ini mempersingkat periode tersebut," kata Morton. Pernyataan ini menyoroti potensi K2 Think untuk mempercepat proses penelitian dan pengembangan di berbagai bidang ilmiah.
Selain itu, K2 Think dapat memperluas jangkauan AI canggih di area yang tidak memiliki akses ke modal dan infrastruktur seperti yang dimiliki perusahaan-perusahaan AS. Dengan menawarkan solusi AI yang lebih terjangkau, MBZUAI berharap dapat menjembatani kesenjangan digital dan memungkinkan lebih banyak orang untuk memanfaatkan manfaat teknologi AI.
"Yang kami temukan adalah Anda dapat melakukan lebih banyak hal dengan sumber daya yang lebih sedikit," kata Morton. Pernyataan ini merangkum filosofi di balik pengembangan K2 Think, yaitu untuk menciptakan AI yang lebih efisien, hemat biaya, dan mudah diakses.
Peluncuran K2 Think merupakan tonggak penting bagi UEA dan ambisinya untuk menjadi pemimpin global dalam bidang AI. Model ini menjanjikan untuk memberikan alternatif yang lebih terjangkau dan efisien untuk model AI yang ada, membuka peluang baru dalam berbagai bidang. Dengan terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan AI, UEA berupaya untuk membentuk masa depan teknologi dan memberikan kontribusi signifikan bagi kemajuan global. Pengembangan AI yang berkelanjutan dan fokus pada aplikasi khusus akan menjadi kunci keberhasilan UEA dalam persaingan global yang semakin ketat.