Viral Cacing Keluar dari Mulut-Hidung Balita Bengkulu, Ada Larva di Paru-parunya

  • Maskobus
  • Sep 18, 2025

Kasus memprihatinkan menimpa seorang balita berusia 1 tahun 8 bulan bernama Khaira Nur Sabrina di Seluma, Bengkulu. Saat menjalani perawatan di rumah sakit, cacing gelang keluar dari mulut dan hidungnya. Kondisi ini sontak menjadi perhatian publik dan memicu kekhawatiran akan kesehatan anak-anak di wilayah tersebut. Khaira saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialaminya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Seluma, Rudi Syawaludin, mengungkapkan bahwa kondisi Khaira cukup memprihatinkan. Selain berat badannya yang di bawah normal, balita tersebut juga didiagnosis menderita penyakit paru-paru. "Pasien Khaira kita rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Bengkulu agar mendapat perawatan medis yang lengkap dan bisa mengembalikan kondisi pasien menjadi cepat pulih," ujar Rudi, seperti dikutip dari detikSumbagsel pada Rabu, 16 September 2025.

Hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa Khaira mengalami anemia, peningkatan jumlah leukosit (sel darah putih), dan kadar gula darah yang tinggi, mencapai 270 mg/dL. Lebih lanjut, hasil rontgen mengungkapkan adanya larva di paru-parunya, yang mengindikasikan infeksi cacing yang parah.

Ironisnya, kakak Khaira yang bernama Aprillia (4) juga didiagnosis menderita penyakit cacingan dan harus dirawat di rumah sakit. Kedua bersaudara ini rencananya akan dirujuk ke RSUD Bengkulu untuk mendapatkan perawatan medis yang lebih intensif dan komprehensif. Kasus ini menyoroti pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk mencegah penyebaran penyakit cacingan.

Ahli parasitologi dari Departemen Parasitologi FKUI, Prof. dr. Saleha Sungkar, sebelumnya telah menjelaskan bahwa infeksi cacing dapat menyebabkan malnutrisi pada anak-anak, yang pada gilirannya akan menurunkan daya tahan tubuh mereka. Ketika sistem kekebalan tubuh melemah, anak-anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit lainnya. Jika tidak diobati, cacing akan terus berkembang biak di dalam tubuh, memperburuk kondisi kesehatan anak.

Viral Cacing Keluar dari Mulut-Hidung Balita Bengkulu, Ada Larva di Paru-parunya

Penularan cacing terjadi melalui berbagai cara, terutama melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi telur cacing atau melalui kebiasaan buang air besar sembarangan. Telur cacing dapat menempel di tangan atau makanan, dan kemudian masuk ke dalam tubuh saat tertelan.

Prof. Saleha menjelaskan secara rinci tentang siklus hidup cacing gelang (Ascaris lumbricoides), jenis cacing yang sering ditemukan pada kasus cacingan pada anak-anak. Cacing gelang hidup di rongga usus. Jika anak-anak bermain di tanah yang terkontaminasi telur cacing gelang, telur tersebut dapat menempel di tangan mereka. Jika anak-anak kemudian memegang makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, telur cacing gelang dapat menempel di makanan dan tertelan bersama makanan, masuk ke usus, dan menetas menjadi larva di usus halus.

Larva yang menetas di usus halus kemudian bergerak melalui pembuluh darah atau saluran limfe menuju jantung dan paru-paru. Dari paru-paru, larva akan naik ke tenggorokan dan tertelan kembali, akhirnya menetap di usus dan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa ini kemudian akan menghasilkan telur yang dikeluarkan melalui feses, dan siklus ini akan berulang kembali jika tidak ada tindakan pencegahan yang dilakukan.

Infeksi cacing dapat menyerang semua usia, tetapi anak-anak usia balita, TK, dan SD adalah kelompok yang paling rentan. Hal ini disebabkan karena anak-anak pada usia ini cenderung memiliki kebiasaan yang kurang bersih, seperti sering bermain di tanah, memasukkan jari ke mulut, atau berbagi makanan dengan teman tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Selain itu, sistem kekebalan tubuh anak-anak juga belum sepenuhnya matang, sehingga mereka lebih rentan terhadap infeksi.

Prof. Saleha mengingatkan para orang tua untuk mewaspadai gejala awal cacingan, yang seringkali tidak disadari. Gejala awal cacingan dapat berupa gangguan usus ringan, seperti mual, nafsu makan berkurang, diare, atau justru sulit buang air besar. Jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.

Kasus Khaira dan Aprillia menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan PHBS. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit cacingan antara lain:

  1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah bermain di tanah, sebelum makan, dan setelah buang air besar.
  2. Memotong kuku secara teratur agar tidak menjadi tempat persembunyian telur cacing.
  3. Membiasakan diri menggunakan alas kaki saat bermain di luar rumah.
  4. Menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah, termasuk membersihkan sampah dan genangan air.
  5. Memastikan makanan yang dikonsumsi bersih dan dimasak dengan matang.
  6. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, terutama jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala cacingan.
  7. Memberikan obat cacing secara teratur kepada anak-anak sesuai dengan anjuran dokter.
  8. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya PHBS melalui penyuluhan dan kampanye kesehatan.

Selain langkah-langkah pencegahan di atas, penting juga untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, seperti membangun jamban sehat dan mengelola limbah dengan benar. Sanitasi yang buruk dapat menjadi sumber penularan penyakit cacingan.

Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit cacingan. Pemerintah daerah dapat melakukan surveilans untuk memantau penyebaran penyakit cacingan, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang PHBS, dan menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai untuk diagnosis dan pengobatan cacingan.

Kasus Khaira dan Aprillia adalah contoh nyata dari dampak buruk penyakit cacingan pada kesehatan anak-anak. Penyakit cacingan dapat menyebabkan malnutrisi, anemia, gangguan pertumbuhan, dan penurunan daya tahan tubuh. Jika tidak diobati, penyakit cacingan dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius, bahkan kematian.

Oleh karena itu, mari kita bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian penyakit cacingan. Dengan menerapkan PHBS, menjaga kebersihan lingkungan, dan meningkatkan sanitasi, kita dapat melindungi anak-anak kita dari penyakit cacingan dan memberikan mereka masa depan yang lebih sehat dan cerah.

Penting untuk diingat bahwa penyakit cacingan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius dan memerlukan perhatian dari semua pihak. Dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan, kita dapat mengurangi angka kejadian penyakit cacingan dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia.

Semoga Khaira dan Aprillia segera pulih dan dapat kembali bermain dan belajar bersama teman-temannya. Kasus mereka menjadi pelajaran berharga bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan anak-anak dan mencegah penyakit cacingan.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :