Viral di India, Ini Alasan Dokter Obgyn Senior Lakukan 21 Operasi Caesar dalam 10 Jam

  • Maskobus
  • Sep 13, 2025

Kasus seorang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obgyn) senior di India yang melakukan 21 operasi caesar dalam satu shift 10 jam telah memicu kontroversi dan kekhawatiran mendalam di kalangan masyarakat dan otoritas kesehatan. Tindakan yang dilakukan oleh dokter bernama Kantheswar Bordoloi ini memicu pertanyaan tentang keamanan prosedur persalinan, etika medis, dan fenomena "epidemi operasi caesar" yang semakin mengkhawatirkan di India. Pemerintah setempat pun telah turun tangan, meminta penjelasan detail dan rekam medis terkait tindakan yang dilakukan oleh dr. Bordoloi.

Kejadian ini menjadi sorotan tajam karena melampaui batas kewajaran dan menimbulkan keraguan akan kualitas pelayanan medis yang diberikan. Melakukan 21 operasi caesar dalam waktu sesingkat itu menimbulkan pertanyaan apakah setiap pasien mendapatkan penanganan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan medis masing-masing. Risiko komplikasi pasca operasi caesar, seperti infeksi, perdarahan, dan masalah penyembuhan luka, dapat meningkat jika prosedur dilakukan terlalu cepat dan tanpa pertimbangan yang matang.

Lebih jauh lagi, kasus ini mencerminkan masalah yang lebih besar, yaitu tren peningkatan operasi caesar di India yang tidak selalu didasari oleh indikasi medis yang kuat. Fenomena ini dikenal sebagai "epidemi operasi caesar," di mana persalinan melalui operasi caesar semakin umum dilakukan, bahkan tanpa adanya kondisi medis yang mendesak.

Data menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam angka persalinan caesar di India. Pada akhir tahun 1990-an, angka ini berada di sekitar 17 persen, namun melonjak menjadi 21 persen pada tahun 2023. Data ini juga mengungkap adanya disparitas sosial ekonomi dalam pilihan persalinan, di mana operasi caesar lebih umum dilakukan oleh kalangan ekonomi atas, penduduk perkotaan, dan individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang peran faktor non-medis, seperti preferensi pribadi, tekanan sosial, dan keuntungan finansial, dalam mendorong peningkatan operasi caesar.

Artikel dalam jurnal medis terkemuka, The Lancet, pada tahun 2018, telah membahas fenomena "epidemi operasi caesar" ini. Artikel tersebut mendefinisikan epidemi ini sebagai peningkatan kasus operasi caesar dalam proses persalinan yang tidak selalu didasari oleh alasan medis yang jelas. Penggunaan operasi caesar untuk alasan non-medis sangat dikhawatirkan karena prosedur ini memiliki risiko jangka pendek dan jangka panjang, serta menimbulkan biaya kesehatan yang signifikan.

Viral di India, Ini Alasan Dokter Obgyn Senior Lakukan 21 Operasi Caesar dalam 10 Jam

Studi-studi telah menunjukkan bahwa operasi caesar dapat meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu, seperti infeksi, perdarahan, pembekuan darah, dan masalah dengan kehamilan di masa depan. Bagi bayi, operasi caesar dapat meningkatkan risiko masalah pernapasan dan alergi. Selain itu, operasi caesar juga membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal, dan dapat mempengaruhi ikatan antara ibu dan bayi.

"Penggunaan operasi caesar telah meningkat selama 30 tahun terakhir, melebihi 10-15 persen kelahiran yang dianggap optimal, dan tanpa manfaat maternal maupun perinatal yang signifikan," demikian kesimpulan dari studi yang dipublikasikan di The Lancet. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa peningkatan operasi caesar tidak selalu berkorelasi dengan peningkatan kesehatan ibu dan bayi.

Dalam kasus dr. Bordoloi, investigasi lebih lanjut sedang dilakukan untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukannya sesuai dengan standar medis dan etika profesi. Dr. Bordoloi berdalih bahwa ia melakukan operasi caesar karena adanya lonjakan permintaan yang tiba-tiba dalam satu hari tersebut. Ia mengklaim bahwa ia menangani kasus-kasus darurat satu demi satu, dan bekerja dengan cepat namun tetap mengikuti semua prosedur medis yang diperlukan.

"Saya menangani kasus-kasus darurat satu demi satu, dan jumlahnya tiba-tiba melonjak. Saya bekerja cepat, tetapi semua prosedur medis yang diperlukan tetap diikuti," ujarnya, seperti yang dikutip oleh media India, The Assam Tribune.

Dr. Bordoloi juga menyatakan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah hal yang aneh, dan dokter lain juga melakukan banyak operasi dengan kecepatan seperti itu. Ia menduga bahwa mungkin ada pihak-pihak tertentu yang merasa tidak senang dengan tindakannya.

Menurut Dr. Bordoloi, 19 dari 21 ibu dan bayi baru lahir telah dipulangkan dalam kondisi stabil, sementara dua masih dirawat di rumah sakit. Salah satu pasien dipindahkan ke Gauhati Medical College and Hospital, salah satu institusi medis terkemuka di wilayah tersebut.

Kasus ini menimbulkan pertanyaan penting tentang standar praktik medis, etika profesi, dan peran sistem pengawasan kesehatan dalam memastikan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Investigasi yang menyeluruh dan transparan sangat penting untuk mengungkap fakta yang sebenarnya dan memastikan bahwa tindakan yang tepat diambil untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Selain itu, kasus ini juga menyoroti perlunya edukasi yang lebih baik kepada masyarakat tentang manfaat dan risiko persalinan normal dan operasi caesar. Masyarakat perlu memahami bahwa operasi caesar bukanlah pilihan yang lebih baik secara otomatis, dan harus dilakukan hanya jika ada indikasi medis yang jelas. Dokter juga perlu memberikan informasi yang akurat dan tidak bias kepada pasien, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang tepat berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang pilihan yang tersedia.

Pemerintah dan organisasi profesi medis perlu bekerja sama untuk mengembangkan pedoman praktik klinis yang jelas dan tegas tentang indikasi operasi caesar. Pedoman ini harus didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat dan mempertimbangkan kebutuhan dan preferensi pasien. Selain itu, perlu ada mekanisme pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa pedoman ini dipatuhi oleh semua dokter.

Kasus dr. Bordoloi adalah pengingat yang kuat tentang pentingnya menjaga standar etika dan profesionalisme dalam praktik medis. Dokter memiliki tanggung jawab untuk mengutamakan kepentingan pasien dan memberikan pelayanan yang berkualitas tinggi. Sistem pengawasan kesehatan perlu diperkuat untuk memastikan bahwa dokter mematuhi standar ini dan melindungi hak-hak pasien.

Pada akhirnya, tujuan dari sistem kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi ibu dan bayi, dan memastikan bahwa mereka memiliki awal kehidupan yang sehat dan bahagia. Hal ini hanya dapat dicapai dengan kerjasama antara dokter, pasien, pemerintah, dan masyarakat, untuk memastikan bahwa setiap persalinan dilakukan dengan aman, etis, dan berdasarkan indikasi medis yang kuat. Kasus ini harus menjadi momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak di India, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan keamanannya.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :