Fenomena unik sekaligus mengkhawatirkan mencuat ke permukaan media sosial TikTok baru-baru ini, dengan munculnya sekelompok individu yang mendeklarasikan diri sebagai "komunitas susah buang air besar" (BAB). Video yang viral tersebut menampilkan para anggota komunitas saling bertukar pengalaman pilu mengenai kesulitan mereka dalam melakukan aktivitas alami tersebut, dengan beberapa di antaranya mengaku tidak bisa BAB selama berminggu-minggu, bahkan ada yang mencapai sebulan penuh.
Meskipun banyak warganet yang menganggap konten tersebut lucu dan menghibur, tidak sedikit pula yang meragukan keasliannya. Kecurigaan semakin menguat ketika di akhir video, salah seorang anggota komunitas secara implisit menawarkan solusi berupa produk herbal, yang menimbulkan kesan bahwa konten tersebut hanyalah sebuah iklan terselubung yang dikemas secara kreatif.
Terlepas dari kebenaran di balik konten viral tersebut, satu hal yang berhasil mencuri perhatian dan menjadi perbincangan hangat di kalangan warganet adalah tips-tips aneh dan tidak lazim yang dibagikan oleh para anggota komunitas untuk mengatasi kesulitan BAB mereka.
Salah seorang anggota komunitas, dengan nada putus asa, menceritakan pengalamannya yang sudah lebih dari dua minggu tidak bisa buang air besar. "Gua udah hampir dua minggu lebih sih nggak BAB," ujarnya dalam video yang viral tersebut, seperti yang dilihat oleh tim detikcom pada hari Rabu, 27 Agustus 2025.
Pernyataan tersebut kemudian disambut dengan timpal balik dari anggota lain yang mengaku bahkan sudah tidak bisa buang air besar hingga satu bulan lamanya. Pengakuan-pengakuan ini memicu diskusi yang lebih mendalam mengenai berbagai cara ekstrem yang telah mereka coba untuk mengatasi masalah pencernaan mereka.
Beberapa anggota komunitas mengaku telah mencoba berbagai posisi BAB yang tidak lazim, mulai dari mengangkat satu kaki di atas kloset hingga bermain ponsel sambil berusaha mengejan. Namun, yang paling mengejutkan dan membuat banyak warganet terheran-heran adalah pengakuan salah seorang anggota yang menggunakan sabun cair sebagai pelumas untuk mempermudah proses buang air besar.
"Gua harus pakai sabun gitu loh, biar licin, tapi sekarang sudah nggak berlaku," ungkapnya dengan nada pasrah. Tips yang tidak lazim ini tentu saja memicu berbagai reaksi dari warganet, mulai dari rasa geli hingga kekhawatiran mengenai dampak negatifnya terhadap kesehatan.
Menanggapi fenomena viral ini, seorang spesialis penyakit dalam yang ahli dalam bidang pencernaan, dr. Aru Ariadno, SpPD-KGEH, memberikan penjelasannya mengenai konstipasi atau susah BAB. Menurutnya, konstipasi bukanlah kondisi yang bisa dianggap sepele, karena dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik fisik maupun nonfisik.
"Faktor fisik bisa berupa sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome (IBS), usia lanjut, kelainan usus yang bersifat genetik atau didapat, hingga penyakit tertentu seperti hipotiroid. Pasien pasca operasi juga berisiko mengalami konstipasi," jelas dr. Aru saat dihubungi oleh tim detikcom pada hari Rabu, 27 Agustus.
Selain faktor fisik, dr. Aru juga menyoroti faktor nonfisik yang dapat memicu terjadinya konstipasi, seperti stres, pola makan yang rendah serat, efek samping obat-obatan tertentu, kebiasaan menunda buang air besar, kurangnya aktivitas fisik, hingga perubahan rutinitas harian yang signifikan.
"Setiap orang memiliki penyebab yang berbeda. Karena itu, penanganan susah BAB juga harus disesuaikan dengan faktor pencetusnya," tegasnya. Dengan kata lain, pendekatan pengobatan konstipasi harus bersifat individual dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pasien.
Lantas, kapan seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi yang serius dan memerlukan penanganan medis? Menurut dr. Aru, seseorang dapat dikatakan mengalami konstipasi apabila frekuensi buang air besarnya kurang dari tiga kali dalam seminggu. Kondisi ini biasanya disertai dengan gejala-gejala lain, seperti tinja yang keras dan sulit dikeluarkan, serta munculnya rasa tidak tuntas setelah buang air besar.
Jika seseorang mengalami gejala-gejala tersebut, dr. Aru mengimbau untuk segera berkonsultasi dengan dokter atau fasilitas kesehatan terdekat agar penyebab konstipasi dapat diketahui dan ditangani dengan tepat. Ia juga menekankan pentingnya untuk tidak menganggap remeh konstipasi yang berlangsung lama, karena jika dibiarkan tanpa penanganan yang memadai, dapat menimbulkan komplikasi kesehatan yang lebih serius.
"Jangan anggap remeh susah BAB yang berlangsung lama. Jika dibiarkan, bisa menimbulkan komplikasi kesehatan lebih serius," tegasnya sekali lagi. Komplikasi yang mungkin timbul akibat konstipasi kronis antara lain wasir, fisura ani, prolaps rektum, dan bahkan kanker usus besar dalam kasus yang jarang terjadi.
Selain berkonsultasi dengan dokter, ada beberapa langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi konstipasi, seperti:
-
Meningkatkan Asupan Serat: Konsumsi makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan, dapat membantu melancarkan pencernaan dan mencegah konstipasi. Serat bekerja dengan menyerap air dan membentuk massa yang lebih besar di dalam usus, sehingga mempermudah proses buang air besar.
-
Minum Air yang Cukup: Dehidrasi dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Oleh karena itu, penting untuk minum air yang cukup setiap hari, setidaknya 8 gelas atau sekitar 2 liter.
-
Berolahraga Secara Teratur: Aktivitas fisik dapat membantu merangsang gerakan usus dan melancarkan pencernaan. Usahakan untuk berolahraga secara teratur, minimal 30 menit setiap hari.
-
Jangan Menunda Buang Air Besar: Kebiasaan menunda buang air besar dapat menyebabkan tinja menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Oleh karena itu, usahakan untuk buang air besar setiap kali Anda merasa ingin melakukannya.
-
Hindari Penggunaan Obat Pencahar Secara Berlebihan: Penggunaan obat pencahar secara berlebihan dapat menyebabkan usus menjadi malas dan ketergantungan. Jika Anda sering mengalami konstipasi, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Kembali ke fenomena viral "komunitas susah BAB", penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki pengalaman dan kondisi yang berbeda-beda. Apa yang berhasil bagi satu orang mungkin tidak berhasil bagi orang lain. Oleh karena itu, penting untuk mencari informasi yang akurat dan berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba tips-tips aneh dan tidak lazim yang beredar di media sosial.
Penggunaan sabun sebagai pelumas untuk mempermudah proses buang air besar, misalnya, sangat tidak dianjurkan karena dapat mengiritasi dan merusak lapisan pelindung usus. Selain itu, penggunaan sabun secara berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan bakteri baik di dalam usus, yang dapat memperburuk masalah pencernaan.
Sebagai penutup, fenomena viral "komunitas susah BAB" dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan pencernaan kita. Jika Anda mengalami masalah pencernaan yang berkepanjangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Ingatlah bahwa kesehatan pencernaan adalah bagian penting dari kesehatan tubuh secara keseluruhan.