Wall Street mencatatkan penguatan pada penutupan perdagangan hari Kamis, dengan para investor menantikan rilis data bulanan ketenagakerjaan Amerika Serikat yang krusial. Sentimen pasar didorong oleh data ekonomi terbaru yang mengindikasikan potensi perlambatan pasar tenaga kerja, sehingga memicu ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan mempertimbangkan untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga agresifnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) memimpin kenaikan dengan peningkatan signifikan sebesar 350,06 poin, atau 0,77%, mencapai level 45.621,29. Indeks S&P 500 juga menunjukkan performa solid dengan kenaikan 53,82 poin, atau 0,83%, mencapai 6.502,08. Sementara itu, indeks Nasdaq Composite yang didominasi saham-saham teknologi mencatat kenaikan sebesar 209,97 poin, atau 0,98%, berakhir di level 21.707,69.
Katalis utama di balik sentimen positif ini adalah rilis data ekonomi yang menunjukkan tanda-tanda pendinginan di pasar tenaga kerja AS. Data terbaru menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan meningkat lebih dari yang diperkirakan, mengindikasikan potensi peningkatan jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan. Selain itu, laporan dari Automatic Data Processing (ADP) menunjukkan bahwa pertumbuhan lapangan kerja di sektor swasta melambat pada bulan Agustus, menambah bukti bahwa pasar tenaga kerja mungkin kehilangan momentum.
Data-data ini memberikan harapan bagi para investor bahwa The Fed akan mempertimbangkan untuk menghentikan sementara atau bahkan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga agresifnya. The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif selama setahun terakhir dalam upaya untuk memerangi inflasi yang tinggi. Namun, kenaikan suku bunga ini juga telah meningkatkan kekhawatiran tentang potensi perlambatan ekonomi atau bahkan resesi.
Para investor sekarang mengalihkan perhatian mereka ke laporan pekerjaan bulanan AS yang akan dirilis pada hari Jumat. Laporan ini akan memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi pasar tenaga kerja, termasuk tingkat pengangguran, pertumbuhan lapangan kerja, dan pertumbuhan upah. Data yang lebih lemah dari perkiraan dapat semakin memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan segera melonggarkan kebijakan moneternya.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para investor saat ini memperkirakan probabilitas sekitar 95% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya. Ekspektasi ini sebagian besar didasarkan pada data penggajian Juli yang lemah dan komentar-komentar dovish dari Ketua The Fed Jerome Powell.
Selain data ekonomi, beberapa faktor lain juga berkontribusi pada penguatan Wall Street. Saham-saham teknologi besar seperti Broadcom, Amazon, dan Meta Platforms mencatat kenaikan yang signifikan, membantu mendorong pasar secara keseluruhan lebih tinggi.
Broadcom, perusahaan chip yang dianggap sebagai pemain utama di sektor kecerdasan buatan (AI), ditutup naik 1,2% menjelang rilis laporan keuangan kuartalannya. Para investor sangat menantikan laporan tersebut untuk mendapatkan wawasan tentang kinerja perusahaan di tengah booming AI.
Amazon.com juga mencatat kenaikan yang kuat, ditutup naik 4,3%. Sentimen terhadap Amazon didorong oleh optimisme tentang prospek bisnis e-commerce dan cloud computing perusahaan. Selain itu, JetBlue Airways mengumumkan kemitraan dengan Project Kuiper, anak perusahaan Amazon yang mengembangkan jaringan internet broadband satelit orbit rendah, untuk meningkatkan layanan Wi-Fi di pesawatnya. Kemitraan ini semakin meningkatkan sentimen positif terhadap Amazon.
Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, juga mencatat kenaikan sebesar 1,6%. Saham Meta telah mengalami reli yang kuat tahun ini, didorong oleh peningkatan efisiensi dan fokus pada pengembangan teknologi AI.
Namun, tidak semua saham mencatat kenaikan. Salesforce, perusahaan perangkat lunak berbasis cloud, mengalami penurunan tajam sebesar 4,9% setelah memperkirakan pendapatan kuartal ketiga di bawah ekspektasi Wall Street. Penurunan ini mengindikasikan potensi perlambatan dalam monetisasi platform agen AI Salesforce.
Meskipun perusahaan-perusahaan yang terkait dengan AI telah mendorong pertumbuhan pasar dalam beberapa tahun terakhir, momentum mereka tampaknya melambat dalam beberapa bulan terakhir. Ketidakpastian seputar perdagangan antara AS dan Tiongkok juga telah membebani saham-saham AI tertentu.
Nvidia, perusahaan chip terkemuka yang menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari booming AI, mengalami penurunan harga saham baru-baru ini setelah perusahaan memperingatkan tentang potensi dampak dari pembatasan ekspor AS ke Tiongkok.
Di sisi positifnya, American Eagle Outfitters, perusahaan pakaian ritel, melonjak 38% setelah memperkirakan penjualan yang sebanding pada kuartal ketiga di atas ekspektasi. Kenaikan ini menunjukkan bahwa konsumen AS masih bersedia untuk berbelanja, meskipun ada kekhawatiran tentang inflasi dan perlambatan ekonomi.
Secara keseluruhan, sentimen di Wall Street tetap positif, dengan para investor menantikan data bulanan ketenagakerjaan AS. Data yang lebih lemah dari perkiraan dapat memicu reli yang lebih besar di pasar saham, karena akan meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan segera melonggarkan kebijakan moneternya. Namun, data yang lebih kuat dari perkiraan dapat memicu kekhawatiran tentang inflasi dan prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut, yang dapat menyebabkan penurunan pasar.
Volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi hingga rilis data pekerjaan pada hari Jumat. Para investor harus bersiap untuk potensi perubahan harga yang tajam di pasar saham.
Selain data pekerjaan, para investor juga akan memantau perkembangan lain yang dapat memengaruhi pasar, termasuk negosiasi utang pemerintah AS, perkembangan geopolitik, dan laporan keuangan perusahaan.
Pasar saham telah mengalami reli yang kuat tahun ini, didorong oleh ekspektasi bahwa The Fed akan segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya. Namun, masih ada risiko yang signifikan terhadap prospek ekonomi dan pasar saham. Para investor harus berhati-hati dan melakukan riset mereka sendiri sebelum membuat keputusan investasi.
Secara lebih rinci, berikut adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan oleh investor:
- Inflasi: Inflasi tetap menjadi perhatian utama bagi The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, The Fed mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, yang dapat membebani pasar saham.
- Pertumbuhan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi telah melambat dalam beberapa bulan terakhir. Jika pertumbuhan ekonomi terus melambat, hal itu dapat membebani pendapatan perusahaan dan menyebabkan penurunan pasar saham.
- Kebijakan Moneter: Kebijakan moneter The Fed akan menjadi pendorong utama pasar saham. Jika The Fed mulai menurunkan suku bunga, hal itu dapat memicu reli di pasar saham. Namun, jika The Fed terus menaikkan suku bunga, hal itu dapat membebani pasar saham.
- Peristiwa Geopolitik: Peristiwa geopolitik, seperti perang di Ukraina, dapat memengaruhi pasar saham. Peristiwa geopolitik dapat menciptakan ketidakpastian dan volatilitas di pasar.
- Pendapatan Perusahaan: Pendapatan perusahaan akan menjadi pendorong utama pasar saham. Jika perusahaan terus melaporkan pendapatan yang kuat, hal itu dapat mendukung harga saham. Namun, jika perusahaan mulai melaporkan pendapatan yang lebih lemah, hal itu dapat menyebabkan penurunan pasar saham.
Investor harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dengan cermat sebelum membuat keputusan investasi. Penting untuk memiliki portofolio yang terdiversifikasi dan berinvestasi untuk jangka panjang.
Sebagai tambahan, perlu diingat bahwa pasar saham selalu memiliki risiko. Tidak ada jaminan bahwa investor akan menghasilkan uang di pasar saham. Penting untuk berinvestasi hanya dengan uang yang Anda mampu untuk kehilangannya.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini dan berhati-hati, investor dapat meningkatkan peluang mereka untuk berhasil di pasar saham.