Jakarta, 7 September 2025 – Antusiasme masyarakat Jakarta terhadap fenomena alam gerhana bulan total, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Blood Moon," sangat tinggi. Taman Ismail Marzuki (TIM), pusat kesenian dan kebudayaan ternama di Jakarta Pusat, menjadi saksi bisu kerumunan warga yang datang dari berbagai penjuru kota untuk menyaksikan peristiwa langka ini. Sejak sore hari, area terbuka di TIM mulai dipadati pengunjung yang membawa tikar, camilan, dan perlengkapan piknik lainnya. Mereka datang bersama keluarga, teman, dan orang-orang terkasih untuk menikmati malam yang istimewa ini.
Fenomena Blood Moon, yang terjadi ketika bulan purnama melewati bayangan bumi (umbra) sehingga tampak berwarna merah darah, memang selalu menarik perhatian. Warna merah yang muncul disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari oleh atmosfer bumi. Cahaya biru dan hijau tersebar, sementara cahaya merah lebih banyak yang mencapai bulan. Proses ini menciptakan pemandangan langit malam yang dramatis dan memukau.
Di TIM, suasana semakin meriah dengan adanya acara "Piknik Malam Gerhana Bulan Total" yang diselenggarakan oleh komunitas astronomi lokal dan didukung oleh pengelola TIM. Acara ini menawarkan berbagai kegiatan menarik, seperti pengamatan teleskopis, penjelasan ilmiah tentang gerhana bulan, pertunjukan musik akustik, dan berbagai permainan interaktif. Kehadiran acara ini semakin menambah daya tarik TIM sebagai lokasi ideal untuk menikmati Blood Moon.
Salah satu pengunjung yang hadir dalam acara piknik malam tersebut adalah Indah, seorang mahasiswi berusia 22 tahun, yang datang bersama pasangannya, Zaki. Mereka sengaja datang lebih awal untuk mendapatkan tempat strategis agar bisa menyaksikan Blood Moon dengan jelas. "Kami sudah merencanakan ini sejak lama. Kami ingin merasakan pengalaman melihat Blood Moon bersama-sama, sambil menikmati suasana malam di TIM," ujar Indah.
Zaki menambahkan, "Ini adalah pertama kalinya kami melihat gerhana bulan total secara langsung. Kami sangat antusias dan berharap cuaca malam ini cerah agar kami bisa menyaksikan fenomena ini dengan sempurna."
Selain Indah dan Zaki, ada juga Nika, seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun, yang datang bersama kedua anaknya. Nika mengaku bahwa ini adalah pengalaman pertamanya melihat Blood Moon. "Saya sebenarnya tidak terlalu paham tentang astronomi, tapi saya ingin mengajak anak-anak untuk melihat fenomena alam yang luar biasa ini. Saya berharap ini bisa menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan bagi mereka," kata Nika.
Nika juga mengungkapkan bahwa ia sangat senang dengan adanya acara piknik malam di TIM. "Acara ini sangat membantu karena ada penjelasan ilmiah tentang gerhana bulan. Anak-anak jadi lebih paham tentang apa yang sedang mereka lihat," tambahnya.
Tidak hanya keluarga, banyak juga kelompok teman yang datang ke TIM untuk menikmati malam Blood Moon. Amanda dan Diana, dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu, memanfaatkan momen ini untuk berkumpul dan menikmati suasana malam. "Kami sengaja datang ke sini karena ingin nongkrong sambil menikmati vibes Blood Moon. Jarang-jarang ada fenomena alam seperti ini," kata Amanda.
Diana menambahkan, "Suasana di TIM malam ini sangat ramai dan menyenangkan. Ada banyak orang dengan minat yang sama, yaitu ingin melihat Blood Moon. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan."
Seiring dengan semakin dekatnya waktu puncak gerhana, suasana di TIM semakin riuh. Warga mulai bersiap dengan kamera dan ponsel mereka untuk mengabadikan momen langka ini. Ketika bulan mulai memasuki bayangan bumi, sorak sorai dan tepuk tangan menggema di seluruh area TIM. Warna bulan yang perlahan berubah menjadi merah darah semakin menambah keindahan pemandangan langit malam.
Para astronom amatir dan ahli astronomi yang hadir di TIM dengan senang hati memberikan penjelasan tentang proses terjadinya gerhana bulan. Mereka menjelaskan tentang fase-fase gerhana, mulai dari gerhana sebagian, gerhana total, hingga gerhana sebagian kembali. Penjelasan ini sangat membantu masyarakat awam untuk lebih memahami fenomena alam yang sedang mereka saksikan.
Selain pengamatan visual, banyak juga warga yang memanfaatkan teleskop yang disediakan oleh komunitas astronomi untuk melihat Blood Moon dari dekat. Melalui teleskop, detail permukaan bulan yang biasanya tidak terlihat dengan mata telanjang menjadi tampak jelas. Pemandangan ini semakin menambah kekaguman warga terhadap keindahan alam semesta.
Tidak hanya warga Jakarta, beberapa wisatawan dari luar kota bahkan luar negeri juga sengaja datang ke TIM untuk menyaksikan Blood Moon. Mereka mengaku sangat terkesan dengan antusiasme masyarakat Jakarta terhadap fenomena alam ini. "Saya datang dari Jepang untuk melihat Blood Moon di Jakarta. Saya sangat senang bisa berada di sini dan merasakan atmosfer yang luar biasa ini," kata Hiroshi, seorang wisatawan asal Jepang.
Selain menjadi ajang pengamatan Blood Moon, acara piknik malam di TIM juga menjadi wadah bagi komunitas-komunitas kreatif untuk menampilkan karya-karya mereka. Beberapa seniman lokal menggelar pameran seni instalasi bertema astronomi, sementara musisi akustik menyuguhkan penampilan yang menghibur. Kehadiran karya-karya seni ini semakin menambah daya tarik TIM sebagai pusat kesenian dan kebudayaan.
Pengelola TIM juga turut berpartisipasi dalam menyukseskan acara ini dengan menyediakan fasilitas yang memadai, seperti toilet umum, area parkir, dan penerangan yang cukup. Mereka juga bekerja sama dengan pihak keamanan untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama acara berlangsung.
Setelah mencapai puncak gerhana, bulan perlahan mulai keluar dari bayangan bumi. Warna merah darah yang tadinya mendominasi perlahan memudar, dan bulan kembali ke warna aslinya. Meskipun gerhana telah usai, warga masih tetap bertahan di TIM untuk menikmati suasana malam dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka menyaksikan Blood Moon.
Acara piknik malam di TIM berakhir dengan sukses. Warga yang hadir pulang dengan membawa pengalaman yang tak terlupakan. Mereka berharap fenomena alam seperti ini bisa sering terjadi agar mereka bisa kembali berkumpul dan menikmati keindahan alam semesta bersama-sama.
Fenomena Blood Moon di Taman Ismail Marzuki tidak hanya menjadi ajang pengamatan astronomi, tetapi juga menjadi momentum untuk mempererat tali silaturahmi antar warga Jakarta. Acara ini membuktikan bahwa minat terhadap ilmu pengetahuan dan kecintaan terhadap alam dapat menjadi perekat yang kuat dalam masyarakat.
Selain itu, acara ini juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Banyak pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman di sekitar TIM mendapatkan penghasilan tambahan dari ramainya pengunjung. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena alam seperti Blood Moon dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.
Keberhasilan acara piknik malam di TIM juga menjadi inspirasi bagi kota-kota lain di Indonesia untuk menyelenggarakan acara serupa. Dengan adanya acara-acara seperti ini, diharapkan minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan kecintaan terhadap alam semakin meningkat.
Sebagai penutup, fenomena Blood Moon di Taman Ismail Marzuki pada tanggal 7 September 2025 merupakan peristiwa yang bersejarah dan tak terlupakan bagi warga Jakarta. Acara ini membuktikan bahwa keindahan alam semesta dapat menjadi daya tarik yang kuat untuk mengumpulkan masyarakat dan mempererat tali silaturahmi. Semoga fenomena alam seperti ini dapat terus terjadi di masa depan dan memberikan inspirasi bagi kita semua untuk lebih mencintai dan menjaga bumi kita. Foto-foto yang diabadikan oleh Rayyan Farhansyah dari Kumparan menjadi bukti visual betapa meriah dan antusiasnya warga dalam menyambut fenomena alam yang menakjubkan ini.