Waspada! Kenali 5 Penyakit Kelamin Pria dan Gejalanya

  • Maskobus
  • Sep 23, 2025

Penyakit kelamin pada pria seringkali menjadi topik yang dihindari, namun dampaknya bisa sangat serius jika diabaikan. Beberapa penyakit menular seksual (PMS) dapat menyebar tanpa disadari, sehingga penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang jenis-jenisnya serta gejala yang mungkin timbul. Dengan pemahaman yang baik, penanganan yang tepat dan cepat dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.

Berikut adalah lima penyakit kelamin yang umum menyerang pria, beserta gejala, penyebab, cara penularan, diagnosis, pengobatan, pencegahan, dan potensi komplikasinya:

1. Klamidia: Infeksi Bakteri yang Umum dan Dapat Disembuhkan

Klamidia adalah salah satu PMS yang paling umum disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Pada pria, infeksi ini biasanya menyerang uretra (saluran kencing) di penis.

    Waspada! Kenali 5 Penyakit Kelamin Pria dan Gejalanya

  • Penyebab: Bakteri Chlamydia trachomatis
  • Cara Penularan: Melalui hubungan seksual vaginal, anal, atau oral dengan seseorang yang terinfeksi.
  • Gejala:
    • Nyeri saat buang air kecil (disuria)
    • Nyeri di perut bagian bawah
    • Keluarnya cairan dari penis (cairan bisa berwarna putih, kuning, atau bening)
    • Nyeri atau bengkak pada testis (jarang)
  • Diagnosis:
    • Tes urine
    • Usap uretra (menggunakan kapas khusus untuk mengambil sampel dari uretra)
  • Pengobatan: Antibiotik (biasanya azitromisin atau doksisiklin). Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan dokter, meskipun gejala sudah mereda. Pasangan seksual juga harus diobati untuk mencegah reinfeksi.
  • Pencegahan:
    • Praktikkan seks yang aman: Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
    • Lakukan skrining rutin: Terutama jika Anda aktif secara seksual dan memiliki banyak pasangan.
    • Hindari berbagi mainan seks: Jika digunakan, bersihkan dengan benar setelah digunakan.
  • Komplikasi: Jika tidak diobati, klamidia dapat menyebabkan:
    • Epididimitis: Peradangan pada epididimis (saluran yang menyimpan dan membawa sperma). Ini dapat menyebabkan nyeri testis, demam, dan bahkan infertilitas.
    • Prostatitis: Peradangan pada kelenjar prostat.
    • Infertilitas: Dalam kasus yang jarang terjadi, klamidia yang tidak diobati dapat menyebabkan infertilitas pada pria.
    • Peningkatan risiko tertular atau menularkan HIV: Klamidia dapat meningkatkan risiko penularan HIV jika seseorang terpapar virus tersebut.

2. Herpes Genital: Infeksi Virus yang Persisten

Herpes genital adalah PMS yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV). Ada dua jenis utama HSV: HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes genital, sementara HSV-1 lebih sering menyebabkan herpes oral (luka dingin). Namun, kedua jenis virus dapat menyebabkan herpes genital.

  • Penyebab: Virus herpes simpleks (HSV-1 atau HSV-2)
  • Cara Penularan: Melalui kontak langsung dengan luka herpes atau kulit yang terinfeksi, biasanya selama hubungan seksual vaginal, anal, atau oral. Herpes juga dapat ditularkan meskipun tidak ada luka yang terlihat (penularan asimtomatik).
  • Gejala:
    • Luka atau lepuh yang menyakitkan di area genital, bokong, atau paha bagian dalam. Luka ini biasanya muncul sebagai benjolan kecil berisi cairan yang kemudian pecah dan membentuk koreng.
    • Rasa gatal, kesemutan, atau nyeri di area genital sebelum luka muncul.
    • Nyeri saat buang air kecil.
    • Gejala seperti flu (demam, sakit kepala, nyeri otot) selama wabah pertama.
  • Diagnosis:
    • Pemeriksaan fisik
    • Usap luka (mengambil sampel dari luka untuk diuji di laboratorium)
    • Tes darah (untuk mendeteksi antibodi terhadap HSV)
  • Pengobatan: Tidak ada obat untuk herpes genital. Namun, obat antivirus (seperti asiklovir, valasiklovir, dan famsiklovir) dapat membantu mengurangi frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan wabah.
  • Pencegahan:
    • Praktikkan seks yang aman: Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual. Namun, kondom tidak sepenuhnya melindungi dari herpes karena virus dapat menyebar melalui area kulit yang tidak tertutup kondom.
    • Hindari berhubungan seksual saat Anda atau pasangan Anda memiliki luka herpes.
    • Bicaralah dengan pasangan Anda tentang riwayat herpes Anda.
  • Komplikasi:
    • Wabah berulang: Setelah terinfeksi, virus herpes tetap berada di dalam tubuh dan dapat menyebabkan wabah berulang. Frekuensi dan tingkat keparahan wabah bervariasi dari orang ke orang.
    • Penyebaran ke bagian tubuh lain: Virus herpes dapat menyebar ke bagian tubuh lain, seperti mata (keratitis herpes) atau otak (ensefalitis herpes).
    • Masalah psikologis: Herpes genital dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.

3. HIV (Human Immunodeficiency Virus): Virus yang Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel T CD4. Jika tidak diobati, HIV dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu tahap infeksi HIV yang paling lanjut.

  • Penyebab: Human Immunodeficiency Virus (HIV)
  • Cara Penularan:
    • Hubungan seksual tanpa kondom (vaginal, anal, atau oral) dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
    • Berbagi jarum suntik dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
    • Dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
  • Gejala:
    • Gejala awal (infeksi HIV akut): Gejala seperti flu (demam, sakit tenggorokan, ruam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, pembengkakan kelenjar getah bening). Gejala ini biasanya muncul dalam 2-4 minggu setelah terinfeksi dan dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu.
    • Infeksi HIV kronis (asimtomatik): Setelah infeksi akut, HIV dapat berada dalam keadaan laten (tidak aktif) selama bertahun-tahun tanpa menyebabkan gejala.
    • AIDS: Jika HIV tidak diobati, sistem kekebalan tubuh akan semakin melemah, dan orang tersebut akan lebih rentan terhadap infeksi oportunistik (infeksi yang jarang terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat) dan kanker tertentu. Gejala AIDS bervariasi tergantung pada infeksi oportunistik yang berkembang.
  • Diagnosis:
    • Tes darah: Untuk mendeteksi antibodi atau antigen terhadap HIV.
  • Pengobatan: Tidak ada obat untuk HIV, tetapi obat antiretroviral (ARV) dapat membantu mengendalikan virus, mencegah kerusakan sistem kekebalan tubuh, dan memungkinkan orang dengan HIV untuk hidup sehat dan panjang umur. Penting untuk memulai pengobatan ARV sesegera mungkin setelah diagnosis.
  • Pencegahan:
    • Praktikkan seks yang aman: Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
    • Jangan berbagi jarum suntik.
    • Lakukan tes HIV secara teratur, terutama jika Anda berisiko tinggi.
    • Pertimbangkan PrEP (profilaksis pra-pajanan): Jika Anda berisiko tinggi tertular HIV, bicarakan dengan dokter Anda tentang PrEP, yaitu minum obat ARV setiap hari untuk mencegah infeksi HIV.
  • Komplikasi: Jika tidak diobati, HIV dapat menyebabkan:
    • AIDS
    • Infeksi oportunistik
    • Kanker tertentu
    • Kerusakan otak dan saraf
    • Kematian

4. Sifilis: Infeksi Bakteri yang Berkembang Secara Bertahap

Sifilis adalah PMS yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap, dan gejala bervariasi tergantung pada tahapnya.

  • Penyebab: Bakteri Treponema pallidum
  • Cara Penularan: Melalui kontak langsung dengan luka sifilis (chancre), biasanya selama hubungan seksual vaginal, anal, atau oral.
  • Gejala:
    • Sifilis primer: Luka yang tidak nyeri (chancre) di area genital, rektum, atau mulut. Luka ini biasanya muncul dalam 10-90 hari setelah terinfeksi dan berlangsung selama 3-6 minggu.
    • Sifilis sekunder: Ruam di seluruh tubuh, terutama di telapak tangan dan telapak kaki. Gejala lain termasuk demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
    • Sifilis laten: Tahap di mana tidak ada gejala. Tahap ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.
    • Sifilis tersier: Tahap yang paling parah dan dapat menyebabkan kerusakan pada otak, jantung, saraf, mata, dan organ lainnya.
  • Diagnosis:
    • Tes darah
    • Pemeriksaan luka (mengambil sampel dari luka untuk diuji di laboratorium)
  • Pengobatan: Antibiotik (biasanya penisilin). Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan dokter, meskipun gejala sudah mereda. Pasangan seksual juga harus diobati untuk mencegah reinfeksi.
  • Pencegahan:
    • Praktikkan seks yang aman: Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
    • Lakukan skrining sifilis secara teratur, terutama jika Anda aktif secara seksual dan memiliki banyak pasangan.
    • Hindari berhubungan seksual dengan seseorang yang memiliki luka sifilis.
  • Komplikasi: Jika tidak diobati, sifilis dapat menyebabkan:
    • Kerusakan otak dan saraf (neurosifilis)
    • Penyakit jantung
    • Kebutaan
    • Kemandulan
    • Kematian

5. Gonore: Infeksi Bakteri yang Umum dan Dapat Disembuhkan

Gonore adalah PMS yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini dapat menginfeksi uretra, rektum, tenggorokan, dan mata.

  • Penyebab: Bakteri Neisseria gonorrhoeae
  • Cara Penularan: Melalui hubungan seksual vaginal, anal, atau oral dengan seseorang yang terinfeksi. Gonore juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi selama persalinan.
  • Gejala:
    • Nyeri saat buang air kecil (disuria)
    • Keluarnya cairan dari penis (cairan bisa berwarna putih, kuning, atau hijau)
    • Nyeri atau bengkak pada testis
    • Sakit tenggorokan (jika terinfeksi melalui seks oral)
    • Nyeri rektum, pendarahan, atau keluarnya cairan (jika terinfeksi melalui seks anal)
    • Mata merah, nyeri, dan keluarnya cairan (jika terinfeksi di mata)
  • Diagnosis:
    • Tes urine
    • Usap uretra, rektum, atau tenggorokan (menggunakan kapas khusus untuk mengambil sampel)
  • Pengobatan: Antibiotik. Karena bakteri gonore semakin resisten terhadap antibiotik tertentu, pengobatan biasanya melibatkan kombinasi dua antibiotik. Penting untuk menyelesaikan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan dokter, meskipun gejala sudah mereda. Pasangan seksual juga harus diobati untuk mencegah reinfeksi.
  • Pencegahan:
    • Praktikkan seks yang aman: Gunakan kondom setiap kali berhubungan seksual.
    • Lakukan skrining gonore secara teratur, terutama jika Anda aktif secara seksual dan memiliki banyak pasangan.
    • Hindari berhubungan seksual dengan seseorang yang memiliki gejala gonore.
  • Komplikasi: Jika tidak diobati, gonore dapat menyebabkan:
    • Epididimitis
    • Prostatitis
    • Infertilitas
    • Peningkatan risiko tertular atau menularkan HIV
    • Infeksi diseminata (penyebaran infeksi ke seluruh tubuh), yang dapat menyebabkan artritis, dermatitis, dan endokarditis.

Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan

Deteksi dini dan pengobatan yang tepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dari penyakit kelamin. Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau berisiko tinggi tertular PMS, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Jangan malu atau takut untuk berbicara dengan dokter tentang masalah kesehatan seksual Anda. Kesehatan Anda adalah prioritas utama.

💬 Tinggalkan Komentar dengan Facebook

Related Post :