Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) menyoroti pentingnya peningkatan keamanan layanan kesehatan di Indonesia, khususnya bagi anak-anak usia 0 hingga 9 tahun, dalam rangka memperingati Hari Keselamatan Pasien Sedunia. Fokus utama seruan ini adalah keselamatan pasien sejak usia dini, mengingat kelompok usia ini memiliki kerentanan yang lebih tinggi.
WHO menjelaskan bahwa anak-anak menghadapi risiko yang lebih besar dalam sistem perawatan kesehatan karena berbagai faktor. Tubuh mereka yang masih dalam tahap perkembangan membuat mereka lebih rentan terhadap efek samping obat-obatan dan prosedur medis. Selain itu, kemampuan mereka untuk mengartikulasikan keluhan dan gejala yang mereka rasakan seringkali terbatas, sehingga mempersulit diagnosis dan penanganan yang tepat.
Tantangan-tantangan yang dihadapi dalam memastikan keselamatan pasien anak di Indonesia mencakup beberapa aspek krusial. Pertama, protokol keselamatan yang dirancang khusus untuk anak-anak seringkali belum memadai atau belum diterapkan secara konsisten di berbagai fasilitas kesehatan. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan dalam dosis obat, pemilihan peralatan medis yang tidak sesuai, dan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan psikologis anak selama perawatan.
Kedua, kontrol kualitas obat yang buruk menjadi masalah serius, terutama dalam hal ketersediaan obat-obatan yang aman dan efektif untuk anak-anak. Pemalsuan obat, penyimpanan yang tidak tepat, dan kurangnya pengawasan terhadap rantai pasokan dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan anak-anak yang membutuhkan pengobatan.
Ketiga, jumlah tenaga spesialis pediatri yang terbatas, terutama di daerah-daerah terpencil, menjadi kendala dalam memberikan perawatan yang komprehensif dan berkualitas bagi anak-anak. Kurangnya dokter anak, perawat anak, dan tenaga kesehatan lain yang terlatih dalam penanganan anak-anak dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis, kesalahan pengobatan, dan hasil perawatan yang kurang optimal.
Keempat, kurangnya keterlibatan anak dan keluarga dalam proses perawatan merupakan masalah yang perlu diatasi. Anak-anak dan keluarga mereka seringkali tidak diberikan informasi yang cukup tentang kondisi medis mereka, pilihan pengobatan yang tersedia, dan potensi risiko yang terkait dengan perawatan. Kurangnya komunikasi dan partisipasi ini dapat menyebabkan ketidakpercayaan, kecemasan, dan ketidakpatuhan terhadap rencana perawatan.
Selain tantangan-tantangan tersebut, ketidaksetaraan antara daerah pedesaan dan perkotaan memperburuk kesenjangan dalam akses dan kualitas layanan kesehatan bagi anak-anak. Anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan seringkali menghadapi kesulitan dalam mengakses fasilitas kesehatan yang memadai, tenaga kesehatan yang terlatih, dan obat-obatan yang diperlukan. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap risiko perawatan yang tidak aman dan hasil kesehatan yang buruk.
Dr. N. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia, menekankan bahwa anak-anak tidak dapat secara efektif mengkomunikasikan ketika ada sesuatu yang tidak beres dengan perawatan mereka. Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa sistem perawatan kesehatan dirancang untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan khusus anak-anak.
"Akses ke obat-obatan dan perawatan yang aman, efektif, dan berkualitas baik bukanlah kemewahan, melainkan hak dasar," kata Dr. Paranietharan. "WHO akan terus mendukung Kementerian Kesehatan dan bekerja sama dengan para mitra untuk membangun sistem kesehatan yang kuat, aman, dan merata untuk semua orang, dari segala usia."
Meskipun tantangan-tantangan yang ada, Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan anak-anak dalam beberapa tahun terakhir. Antara tahun 2010 dan 2023, peningkatan kualitas dan keselamatan layanan kesehatan, termasuk untuk bayi baru lahir dan anak-anak, telah berkontribusi pada penurunan 39 persen dalam angka kematian neonatal dan balita di bawah 5 tahun. Penurunan ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan menunjukkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesehatan anak-anak.
Selain itu, antara tahun 2010 dan 2022, angka kematian untuk anak usia 5 hingga 9 tahun juga turun lebih dari 32 persen. Penurunan ini menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak-anak tidak hanya berdampak pada bayi dan balita, tetapi juga pada kelompok usia yang lebih tua.
Untuk memastikan keselamatan pasien, Indonesia telah menerapkan sistem pelaporan nasional untuk insiden keselamatan pasien sejak tahun 2006. Sistem ini memungkinkan fasilitas kesehatan untuk melaporkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan, seperti kesalahan pengobatan, infeksi nosokomial, dan cedera akibat jatuh. Data yang dikumpulkan dari sistem pelaporan ini digunakan untuk mengidentifikasi tren dan pola, serta untuk mengembangkan strategi pencegahan yang efektif.
Pada tahun 2024, Kementerian Kesehatan memperluas tinjauan kematian ibu dan bayi baru lahir untuk memperkuat akuntabilitas dan perlindungan anak. Tinjauan ini melibatkan analisis mendalam terhadap kasus-kasus kematian ibu dan bayi baru lahir untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian tersebut dan untuk mengembangkan rekomendasi untuk mencegah kematian serupa di masa depan.
Selain upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan obat-obatan yang beredar di pasar. Sejak tahun 2022, BPOM telah memberlakukan kontrol pasar yang lebih ketat dan memperkenalkan persyaratan praktik manufaktur dan distribusi yang baik untuk bahan aktif dan eksipien. Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan yang diproduksi dan didistribusikan di Indonesia memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ketat.
Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan anak-anak, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat sipil perlu bekerja sama untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada dan untuk memastikan bahwa semua anak di Indonesia memiliki akses ke layanan kesehatan yang aman, efektif, dan berkualitas baik.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan anak-anak di Indonesia antara lain:
- Memperkuat protokol keselamatan pasien anak: Fasilitas kesehatan perlu mengembangkan dan menerapkan protokol keselamatan yang dirancang khusus untuk anak-anak. Protokol ini harus mencakup pedoman tentang dosis obat, pemilihan peralatan medis, manajemen nyeri, dan pencegahan infeksi.
- Meningkatkan kontrol kualitas obat: BPOM perlu terus memperkuat pengawasan terhadap rantai pasokan obat dan memastikan bahwa semua obat yang beredar di pasar memenuhi standar kualitas dan keamanan yang ketat.
- Meningkatkan jumlah tenaga spesialis pediatri: Pemerintah perlu berinvestasi dalam pelatihan dan perekrutan tenaga spesialis pediatri, terutama di daerah-daerah terpencil.
- Meningkatkan keterlibatan anak dan keluarga dalam perawatan: Tenaga kesehatan perlu berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak dan keluarga mereka tentang kondisi medis mereka, pilihan pengobatan yang tersedia, dan potensi risiko yang terkait dengan perawatan.
- Mengurangi ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan: Pemerintah perlu berupaya untuk mengurangi kesenjangan antara daerah pedesaan dan perkotaan dalam akses ke layanan kesehatan yang berkualitas.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keselamatan pasien: Pemerintah dan organisasi kesehatan perlu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keselamatan pasien dan cara-cara untuk mencegah kesalahan medis.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, Indonesia dapat terus meningkatkan kesehatan dan keselamatan anak-anak dan memastikan bahwa semua anak memiliki kesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bukti nyata dari kemajuan yang telah dicapai, namun upaya berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi tantangan yang tersisa dan mencapai tujuan kesehatan yang lebih tinggi. Investasi dalam kesehatan anak adalah investasi dalam masa depan bangsa, dan Indonesia harus terus memprioritaskan kesehatan dan keselamatan anak-anaknya.